Minggu, 30 Desember 2007

Makna Dibalik Natal Budaya Papua

Nato Gobay Pr, “Jadikan Natal Budaya Papua Sarana Evaluasi Diri Dalam Membenahi Keluarga sebagai Pondasi Kerajaan Allah “


NABIRE – Sejak 4 tahun lalu setiap kali Perayaan Paskah dan Natal bagi umat Paroki Kristus Raja Malompo Nabire Keuskupan Timika mrerayakan natal dan paska ala budaya Papua . Dalam liturgi perayaaan Mula awal hingga akhir ibadah dilakukan dalam nuansa budaya Papua. Perayaan Natal pada tanggal 27 desember kemarin, umat paroki Kristus Raja merayakannya dalam kekhasan Papua ,sebagian besar umat yang hadir mengikuti perayaan nnatal Papua mengenakan busana tradisional masing- masing , baik etnis Moni, Lani, Nduga, Damal , Kamoro, Mee dengan diringi lagu- lagu tradisonal dari setiap etnis .

Perayaan Natal Budaya Papua yang dihadiri ribuan umat itu dirauyakan cukup meriah sebab serasa yesus benar- benar hadir ditengah –tengah keragaman budaya orang Papua, hal itu nampak mulai dari hingga akhir liturgy ibadah dilakukan dalam bahasa , entah doa , maupun lagu dinyanyikan dalam berbagai bahasa daerah Papua . Hal itu terasa Yesus yang lahir pada 2000 tahun silam itu hadir dan lahir kembali ditengah-tengah orang Papua , maka sebagian umat tahan mengucurkan air mata . Perayaan natal budaya Papua di pimpin Pastor Natho Gobay,Pr dengan Tema sentral Hidup damai,bijaksana, adil dan beribadah .


“ Ibadah seperti ini mesti dilakukan semua gereja dsan dilakukan sesuai budaya umat sehingga natal atau perayaan apapun benar- benar terserap di dalam umat dan hadirkan yesus lewat budaya setempat . Tata ibadah mesti dikemas menurut lokalitas budaya Masyarakat yang nantinya akan menjadi bahan inspirasi, permenungan yang mendalam bagi umat sehingga Yesus benar-benar menyatu dalam umat. Tak semestinya tidak harus mengikuti tata liturgi baku yang ada, dan itu kadang monoton yang acapkali menjenuhkan umat “ kata Paskalis Tebay karena merasa terharu kemarin ( 27/12) disaat menghadiri ibadah natal Budaya Papua .




Menurut Dalam homili Pater Natoo Gobay, Pr yang menggunakan bahasa Mee salah satu etnis di Pedalaman Papua menandaskan untuk membangun, mempertahankan jati diri budaya dan manusia papua dari perubahan zaman dewasa ini yang sedang menguncang sendi-sendi kehidupan manusia , mulai kembali kepada basis . Mulai perbaiki dari keluarga sebagai basis, dasar pijakan untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki . Bila kita merusaka keluarga kita sendiri,keluarga orang lain lewat berbagai pelanggaran maka apapun dambaan kita akan gagal maka kembali berbenah keluarga sebagai basis untuk menggapai berbagai dambaan . Kita berjuang dan bertahan hidup dengan memuji dan memuliakan Allah saat ini , tapi sepulang gereja kita ikut terjerumus dalam berbagai judi, togel , dan lainnya . Apakah itu budaya orang Papua . Terus kita melakukan pelanggaran-pelanggaran , maka kita cuci diri,evaluasi diri sebab Tuhan siap membantu kita memperbaiki hidup kita . Sabda telah menjadi manusia dan sekarang ini ada ditengah –tengah . Sabda sudah menjadi manusia dan hadir bersama kita saat ini . Begitu cinta kepada kita Yesus dikirim oleh Allah Bapa . Sekarang ada ditengah-tengah kita lewat sabda . Dia lahir di dalam diri kita .Putra Allah hidup bersama kita . Hari ini kita mengenakan busana kebesaran dari suku kita masing –masing sebagai kebesaran budaya kita , tetapi itu budaya jasmaniah. Hanya alat saja sebagai perhiasan jasmaniah . Perhiasan ini kapan saja dapat hilang , tergeser . Busana kita tidak penting tetapi lebih penting adalah bagaimana mengubah pikiran kita sesuai kehendak Yesus. Bagaimana membangun pikiran dalam keluarga . Kalau demikian kita akan bangun Papua .

Bila tidak dimulai dari sekarang orang Papua akan kehilangan jati diri, harta benda dan segala sumber daya alam di buana Papua . Orang Papua telah terkotak-kotakan .Papua kini telah hadir banyak kabupaten tapi tidak ada tempat pekerjaan, . Pemekaran adalah tempat titik penghabisan budaya , orang juga sumberdaya alam Papua . Pemekarab membuka lapangan kerja bagi orang lain bukan orang . malahan dengan pemekaran membangun jeratan sendiri untuk masuk dalam kehancuran manusia, buadaya dan sumber daya alam Papua . Pada segi lain perkembangan dunia berjalan terus lalu mau mundur. Mau tak mau . suka tidak suka kita harus menjadi tuan di negeri sendiri bukan termarginalkan seperti yang dewasa ini terjadi . Budaya manusia Papua mau maju , manusia Papua sendirilah yang harus maju menjadi tuan di negeri sendiri .

Dalam keluarga bukan lanjut Natho saling menghancurkan lewat fitnahan, perselingkuhan dan lainnya melainkan mesti membangun bersama sebab salung mengfitnah, selingkuhan bukan budaya orang Papua . Untuk iti kita harus mandi diri secara moralitas, berserah diri, koreksi diri, evaluasi diri dem,I membangun kelaurga yang kokoh sebagai dasar membangun budaya ,dan jati diri orang Papua . Natal ala Budaya Orang Papua ini mesti dipetik makna dasar untuk evaluasi diri agar lebih kuat lagi dalam membenahi keluarga sebagai dasar rumah kerajaan Allah .

Sudah empat tahun kita lakukan pesta natal dan paskah budaya orang Papua tetapi manusia belum berubah dalam berpikir, bertutur kata, dan bertindak maka saatnya berubah diri, evaluasi diri baik mahasiswa , sarjana , penganggur ,tua muda ,ayah ,ibu . Untuk mahasiswa yang dimana saja sedang belajar, tingkatkan mutu moralitas diri, bukan ijzah sarjana yang dibutuhkan melainkan mutu dan moralitas diri juga bukan satu-satunya untuk menjadi PNS tetapi orang dapat hidup dengan swadaya , dapat hidu p mandiri melalui jerih payah kerja keras. Itulah budaya orang Papua yang sedang dilupakan . Orang papua memiliki etos kerja keras yang dapat menghidupi diri maupun keluarga . Tuhan menempatkan orang Papua di buana ini dengan maksud dan tujuan yang mulia . Walaupun sellama ini manusia papua dibunuh secara misterius dimana-mana tetapi roh dan semangat mereka tetap hidup. Sebagai manusia Papua sesuai kehendak Allah . Untuk memegang budaya Papua ,generasi muda harus tingkatkan mutu moralitas ,agar dapat membangun ekonomi, pendidikan , pendidikan , melawan ancaman penyakit HIV/AIDS yang kian melambung hingga jinni di nabire mencapai 511 ODHA .

Emanuel goo (nabire )

Dana Bangkam Belum Turun,Kadistrik Wanggar Dicatut

NABIRE - Penyaluran Dana Bangkam tahap perdana sebagian besar diistrik telah disalurkan hingga ke kampung-kampung , namun hingga kini 9 kampung yang berada di distrik Wanggar hingga berita ini diturunkan belum ada penyaluran dana bangkam sebesar 105 juta perkampung , maka terjadi saling tuding menuding antara masyarakat dengan TPPK tingkat Kampung ,masyarakat dengan TPPK tingkat distrik ,antara masyarakat dengan Kepala Kampung . selama ini masyakarat bertanya-tanya kapan akan di turunkan sebab tutup tahun anggaran kian dekat .


Menurut S. Mananian salah satu tim TPPK kampung Karadiri I Distrik Wanggar mengaku masayarakat selalu datang menanyakan tapi kami tidak dapat berbuat banyak sebab dana bangkam saja belum ada .malahan masyarakat menuding kepala distrik dan Kepala Kampung serta TPPK tingkat distrik kerjasama untuk mengamankan dibank dan mencari bunga dibank . Dan memang kami masyatakat pada kampung-kampung dis distrik( wanggar) ini menantikan penyaluran dana tersebut sebab dana itu milik masyarakat juga distrik lain telah disalurkan dana tersebut . Hanya distrik wanggar yang belum dapat dana bangkam .” Kampung-kampung yang ada di distrik lain itu saat ini mereka memasuki pada tahap pelaksanaan program dan pembuatan pelaporan realisasi dana . Sedangkan kami disini ,perencanaan program saja belum apalagi pelaksanaan sebab dana belum cair sampai hari ini “ urai sergius ( 15/12) .

Sementara itu Seppy Pakage Salah seorang Warga kampung SP-B distrik wanggar mengatakan semua keterlambatan penyaluran dana bangkam ini akibat ketidakmampuan kepemimpinan kepala distrik dalam mengarahkan masyarakat untuk mengurus dana ini . Tidak ada pengarahan yang jelas. Bahkan kami mengcurigai Kepala dan TPPK memperhambat . Untuk kami masyarakat berharap agar segera dicairkan, Sebab sudah lama masyarakat mennantikan. Kalau mmemang tidak mampu memimpin dan mengarahkan masyarakat lebih undurkan diri saja. Aneh kalau distrik yang ada di kota ada kemudahan dalam akses ini sangat lamban menerima dana ini . Bisa saja tahun depan baru kami terima , sementara tutup buku tahun ini sudah dekat “ kata Sepy kepada media ini kemarin ( 17/12) di SP-B.


Menurut Kepala Badan Pemberdayaan Kampung Kabupaten Nabire Drs. Fredy Amahorseya ketika ditemui kemarin (17/12) diruang kerjanya mengatakan untuk penyaluran dana Bangkam sampai saat ini tidak ada masalah . Dan penyaluran saja langsung dari bank ke kampung-kampung bukan lewat Kantor agar tidak birokratis . Kalau saja ada distrik yang belum menerima maka itu tergantung dari kordinasi dari distrik, TPPK tingkat distrik dan TPPK tingkat Kampung . “ Hingga saat ini belum ada masalah untuk dana bangkam sebab penyaluran saja langsung dari bank ke masyarakat lewat TPPK. Untuk koordinasi antara TPPK distrik,dan Kampung mesti dilakukan agar dalam perealisasian dapat berjalan baik “ urai mantan Kepala Kesbang ini .emanuel goo






Warga Dogiyai Terancam Natalan Di Kampung
Hari raya natal kini tinggal hitung jari, warga pedalaman dogiyai, maupun yang selama ini berdomisili di Jayapura, Nabire, juga Jawa telah berdatangan dengan harapan akan merayakan natal bersama keluarga . Namun harapa ini terancam pupus akibat sulitnya mendapat sarana transportasi sebab kemdaraan yang ada saja lebih banyak dicarter secara perseorangan juga para sopir mengejar penumpang yang ongkos taksinya lebih tinggi seperti penumpang enaroali, wagethe, sedangkan warga dogiyai yang lebih dekat tidak diangkut sehingga warga dogiyai terancam natalan di kampung .

Nabire - Animo masayarakat untuk merayakan natal bersama keluarga cukup tinggi . Terbukti warga pedalaman yang sudah lama menetap dikota untuk pulang kekampung cukup banyak dan selama beberapa hari belakangan ini mereka mengalami kesulitan mendapat kendaraan darat terutama. Banyak warga yang hendak pulang ke kampung tapoi tidak kendaraan.

Mariana Goo , calon penumpang yang mengaku dirinya datang dari jayapura hendak naik ke opedalaman untuk merayakan natal bersama keluarganya namun ia harus menunggu mobil hingga satu miinggu ini . Maria bukan hanya dia sendiri tetapi 2 orang adik dan seorang anak. “ kami sudah minggu cari-cari mobil tapi semua mobil itu sebagian besar dicarter bahkan ada yang sudah penuh . hanya cari tumpangan mobil saja setengah mati sampai kami bermalam seminggu di nabire. Walaupun ada mobil tetapi para sopir mengejar uang lebih besar mereka lebih bvanyak mengambil penumpang tujuan ke enarotali sedangkan kami dari moanemani terlantar sebab ongkos taksi ke moanemani jauh lebih rendah daripada ke enarotali maka para sopir ini lebih mengejar nilai uang yang lebih besar. Maka jangan heran kalau saya dan anak-anak sudah satu minggu disini hanya tunggu taksi ke pedalaman ” keluh maria


Karena sulitnya mendapatkan tumpangan terpaksa sebagian besar warga pedalaman harus menumpang kendaaraan truk dengan ongkos yamg bervariasi antara 150.000- 300.000.


“ Kami susah dapat mobil ke wadouw ( pedalaman) jadi terpaksa kami ikut truk . Kami bayar ongkos per kepala 100. dan itu tidak nanti kapan baru kami akan tiba I kampung sebab sebagian titik disepanjang jalan banyak yang rusak ,baik jalan maupun jembatan” kata Yules salah satu penumpang yang menumpang sebuah truk .


Sementara itu Melkias Tebay seorang tokoh masyarakat menandaskan bahwa yang jelas warga Kamuu, Mapia, akan ikut natalan disini, sebab semua kendaraan dipakai( carter) dengan tariff yang begitu tinggi. Kami berusaha cari mobil untuk carter demngan biaya 3 juta tapi para sopir mematok harga 4 juta sampai 5 juta . sementara kendaraan yang memuat penumpang biasa , para lebih mencari penumpang yang ongkos taksi lebih tinggi seperti penumpang yang tujuan ke Enarotali atau Wagethe. Sedangkan calon penumpang ke MOANEMANI, mapia, dan lainnya tidak mau diangkut .mengingat itu pemerintah mesti bangun terminal transit di Moanemani agar semua penumpang diangkut . Sampai pada trerminal transit barulah memuat penumpang ke enarotali atau wagethe .
“ banyak warga kamuu dan Mapia yang hingga hari belum berangkat ke kampung bahkan terancam mereka natalan di kampung bersama keluarga. Hal ini disebabkan banyak Estrada yang dicarter dengan tarif yang begitu tinggi, 4 juta sampai 5 juta . Angkut penumpang biasapun para sopir mencari penumpang yang ongkos tiketnya lebih tinggi seperti tujuan ke enarotali atau wagetehe . Maka warga distrik Kamuu, Mapia dan Siriwo terlupakan dari angkutan .Melihat realitas itu harap Tebay ke depan segera dibangun terminal transit di moanemani atau mapia agar semua masyarakat terlayani .
Kalau tidak dibangun masyarakat yang berada disepanjang jalan akan disisihkan terus seperti yang sekarang ini terjadi maka mesti dibangun terminal transit bagi masyarakat “ urai Melkias Tebay yang juga anggota DPRD Nabire kemarin ( 17/12)

Tahun ini saja kebanyakan masyarakat Kamuu, Mapia, sepanjang jalan distrik Sirieo akan mengikuti natalan di nabire akibat sulitnya mendapat mobil . Banyak anak-anak mahasiswa yang masih berkeliaran disini padahal mereka datang kesini untuk natalan ke pedalaman bersama keluarga tapi karena tidak ada kendaraan yang mengangkutnya maka mereka masih ada disini . Karena sulitnya dapat mobil sebagian warga terpaksa ikut menumpang truk yang disinyalir bermalam beberapa hari ditengah jalan akibat jalan . “Mengingat sebagian besar warga dogiyai terpaksa akan ikut di nabire , dan agar tidak terulang hal seperti itu maka mesti dibangun terminal transit di Moanemani atau di Bomomani demi kelancaran pengangkutan penumpang dan barang “ tegas tebay . emanuel goo

Anak SD Yanarif Belajar Dibawa Daun Bobo

NABIRE-Sungguh aneh tetapi nyata. SD Negeri Yanarif yang berada di poros jalan Waroki-SP II Kali Semen beratpkan daun bobo dengan dinding kayu bulat. Dinding tak sekat rapi sehingga masih terlihar cela yang lebar. Tapi disitulah 4 kelas SD tersebut berlangsung kegiatan belajar mengajar.
Kunjungan dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Nabire, Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua, Lembaga Swadata Masyarakat (LSM) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Nabire belum juga membawa perubahan. Anak-anak masih sekolah dan bermain di pinggir gubuk yang beratapkan daun bobo.
Kepala SD Negeri Yanarif Waroki, Nabire, PH Nuburi saat ditemui media ini, Selasa (11/12) mengatakan sekalipun sekolah ini dibuka sejak 30 Maret 2007 lalu, hingga kini belum ada tanda-tanda yang pasti soal pembangunan gedung sekolah. Selama ini, lima guru termasuk kepala sekolah mendidik dan mengajar 126 murid usia sekolah dasar di bawah atap bobo dengan ditutupi beberapa potongan kulit kayu dan daun sagu sebagai dinding dan sekat.
Menurut Nuburi, sekolah ini dibuka untuk menampung anak-anak usia sekolah di sepanjang jalan Waroki-SP 2 Kali Semen yang tinggal jauh dari lingkungan sekolah. Selama ini, anak-anak yang tinggal di daerah interleand antara Waroki dan SP II tak terjamah dengan pendidikan akibat letak sekolah yang jauh dari lokasi tempat tinggal. Sebagian orang tua dari anak-anak sekolah mendulang di Topo sehingga perhatian untuk pendidikan pun terlantar.
Menurut pengamatan media ini di tempat, barak sekolah tersebut terkesan sebagai tempat belajar bagi murid SD ketika ada aktifitas belajar mengajar di sekolah. Jika tidak, terkesan sebuah bevak, hanya bedanya halaman bersih karena dibersihkan oleh anak-anak sekolah.
Tak ada tanda-tanda sebagai tempat belajar karena, dinding depan hanya ditutup dengan beberapa papan dari ampas gergajian, tanpa pintu, apalagi jendela. Dinding belakang dan samping tak ada, kecuali satu sekat yang memisahkan kelas sementara papan tulis dipajang di dinding.
Memang agak ironi, sekolah negeri yang berada di pinggiran kota Nabire, kota yang tengah diperjuangkan menjadi Kota Madya Nabire ini, anak-anak masih belajar dibawah atap bobo berdindingkan papan ampas dan dau kelapa. Sementara anak-anak sekolah yang lain, sekolah di dalam ruang yang bagus di dalam gedung permanent.
Nuburi mengaku sedang bingung. Sebab, janji dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten untuk akan dibangunnya dua ruang kelas dalam tahun anggaran ini belum juga terwujud. Bahkan, belum ada tanggapan secara lisanpun. Hanya, saat ada kunjungan bersama Dinas P dan P dari Provinsi Papua, pejabat dari Dinas P dan P Kabupaten Nabire yang mendampinginya meminta dukungan dari provinsi untuk pembangunan ruang kelas di SD ini.
Selain itu, kata Nuburi, LSM dan Bawasda juga pernah berkunjung ke SD Yanarif namun belum ada perubahan. Bahkan saat Bawasda turun ke SD, Bawasda membawa seorang kameramen merangkap wartawan TVRI dan melakukan tanya jawab namun tak ada kabar.
Berdasarkan beberapa pengalaman ini, kini Nuburi mulai curigai, jangan-jangan semua kunjungan ini hanya sekedar datang ambil gambar untuk menjual proposal kepada donator dan pemerintah atas untuk kepentingan yang lain, bukan lagi untuk SD Yanarif yang sial ini. (ans)

Ada foto: SD Yanarif 2. (Kepala SD Negeri Yanarif bersama sebagian muridnya di depan gubuk sekolah di jalan Waroki-SP II; foto: ans)


Komisi D Akan Pantau Pemanfaatan Dana DAK

NABIRE-Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nabire akan memantau penyaluran dan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2007 yang diterima 30 sekolah di Kabupaten Nabire. Oleh sebab itu, pengelola diharapkan untuk memanfaatkan dana sebaik-bainya sesuai peruntukan yang diamanatkan.
Anggota Komisi D DPRD Nabire, Yeki Pigay, S.Sos kepada media ini beberapa hari lalu mengatakan Komisi D tetap akan memantau setiap pemanfaatan dana DAK yang diberikan kepada setiap sekolah.
Oleh karena itu, mantan Ketua Komisi C DPRD Nabire ini meminta kepada para kepala sekolah yang menerima dana DAK tahun anggaran 2007 agar dikelola dengan benar sesuai dengan petunjuk teknis yang telah digariskan oleh pemerintah.
Para kepala sekolah diminta untuk memanfaatkan dana tersebut demi pengembangan sekolahnya. Sebab, tujuan pemerintah pusat menyediakan dana DAK sektor pendidikan demi perbaikan gedung sekolah, perpustakaan dan prasarana penunjang lainnya.
Dia menambahkan, selain dana DAK yang diterima beberapa hari lalu, Komisi D juga akan mengawasi seluruh dana pendidikan yang akan diserahkan ke setiap sekolah. Oleh sebab itu, Yeki Pigay berharap agar para kepala sekolah hendaknya mengelola sesuai dengan petunjuk pemanfaatan dana. Karena dana yang diberikan pemerintah kepada setiap sekolah demi peningkatan kualitas anak-anak usia dan perbaikan mutu pendidikan di daerah ini. (ans)

Ada foto, SD Yanarif (gedung, ruang kelas dan sarana-prasarana lain yang tak memadai di SD Negeri Yanarif Waroki. Anak-anak belajar dibawah atap bobo, foto: ans)


Pemekaran Dogiyai Sebagai Sebuah Anugerah

NABIRE-Pemekaran Kabupaten Dogiyai yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) awal Desember 2007 merupakan sebuah anugerah dari Tuhan kepada masyarakat di Kabupaten Nabire dan khususnya masyarakat di wilayah Dogiyai. Oleh karena itu, patut kita syukuri pemekaran tersebut yang dianugerahkan Tuhan kepada masyarakat di daerah ini melalui anggota DPR RI.
Seorang tokoh agama di Kabupaten Nabire, Alex Kameroke melalui telepon selularnya, Selasa (11/12) pagi mengajak masyarakat di daerah ini menyambut anugerah yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Nabire khususnya warga yang berasal dari wilayah Dogiyai dengan suka cita. Karena, Tuhan telah menjawab harapan dan dambaan masyarakat selama ini, memiliki wilayah pemerintahan sendiri agar pembangunan betul-betul dirasakan di tengah masyarakat.
Kameroke menambahkan, anugerah yang diberikan Tuhan berupa pemekaran kabupaten pada penghujung tahun dan awal hari raya Natal, hendaknya kita bersyukur kepada Tuhan. Karena, lewat karya-karyaNya melalui anggota DPR RI, kita telah meraih sebuah kemenangan, dibentuknya sebuah kabupaten baru.
Oleh sebab itu, kata Kameroke mengatakan masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Nabire mendukung sepenuhnya atas pemekaran sebuah kabupaten baru di wilayah pedalaman. Karena, lewat pembentukan kabupaten baru akan mendorong percepatan pembangunan seperti halnya yang terjadi di kota Nabire.
Kameroke menilai pemekaran Kabupaten Dogiyai yang kita raih sekarang melalui perjuangan yang panjang dengan menelan dana dan waktu yang tak sedikit. Oleh karena itu, pemekaran yang dihadiahkan oleh pemerintah pusat melalui DPR RI hendaknya kita syukuri bersama sebagai sebuah anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri, berkat yang harus kita hormati dan sebuah pemberian yang kita terima dengan iklas. Karena, sekalipun pemekaran Dogiyai terwujud melalui sebuah perjuangan keras yang dipimpin Bupati AP Youw, namun tak mungkin terwujud jika tak dianugerahkan oleh Sang Pencipta sebagai sebuah berkat kepada masyarakat di daerah ini khususnya masyarakat di wilayah Kabupaten Dogiyai. (ans)

ASRAMA KAMUU YANG TAK BERDAYA

Kondisi Asrama Serviam Kamuun yang terletak dibilangan Perumnas I waena yang dibangun secara swadaya Oleh pelajar Mahasiswa Lembah Kamuu bersama mansyarakat Distrik Kamuu Kabupaten Nabire ini cukup memprihatinkan . Selain kondisi bangunan yang dibangun dengan papan sisa soumill yang dipungut di bengkel kayu akibat pembangunan asrama yang mandeg sebab dana sekitar 100 juta yang dibantu oleh masyarakat Kamuu digelapkan . Maka terpaksa para penghuni yang rata-rarta pelajar mahasiswa menutup didinding dengan papan sisa soumell . Juga gara-gara belum terselesaaikan pembangunan asrama sebagian besar penghuni tidur di teras beralaskan terval , sementara kamar yang ada dibongkar untuk direhap namun mandeg sehingga terpaksa mereka pergi memungut kulit kayu Soumell di bengkel lalu menutup didinding yang cukup sekedaruntuk membaringkan diri .

Asrama Serviam Kamuu yang terletak dibilangan Perummnans I waena ini dibangun sejak tahun 1998 seccara swadaya oleh Masyarakat Distrik Kamuu Kabupaten dalam bentuk sebuah aula . Karena animo anak-anak belajar di Jayapura tinggi Lalu penghuni kiann melonjak sehingga tak alagi mampu menampung . Maka atas kesepaokatan orantua,masyarakat hendak membangun asrama berlantai dua, dari kesepatan itu, masyarakat selaku orangtua mengirim dana sebesar 47 juta ditambah dengan sumbangan dari guru-guru 23 juta, juga bantuan dari walikota Jayapura 20 juta, belum lagi sumbangan dari dari kabupaten . Dengan sumbangan dapat diseloesaikan . Namun hingga kini belum selesai sehingga penghuni menuding panitia pembangunan telah menggelapkan bahkan mereka mendesak segera rampungkan pembangunan gedung asrama sebab dibangun sejak 2005 .

Menurut Ketua Asrama ServiaM Kamuu Henok Auwe yang ditemui media ini ( 3/11) mengakui Karena belum ada penyelesaian pembangunan asrama dan penghuni setiap tahun meningkat , yang tidak dapat menumpang lagi maka terpakswa dipeleh dengan papan –papan sissa soumel . Sebenarnya sudah dapat dibangun sejak lama namun karena dana-dana yang sudah diterima digelapkan oleh panitia . Karena belum selesai terpaksa alas dengan terpal diteras . Banyak cara kami dekati lewat sejumlah kegiatan yang digelar oleh penghuni asrama tetapi itupun tidak dapat digubris . Hingga hari ini panitia pembangunan tidak lagi pernah datang diasranma , walapun kami undang lewat berbagai kegiartan, baik acara perpisahan, perkenalan, ataupun acara seminar dan lainnya , tetapi selama itu pula tidak pernah datang kiunjungi kami . Sebanyak 47 juta ditambah bantuan dana lainnya irtu ditangani dari Panitia pembangunan. Selama ini pula orangtua kami yang telah membantu dana selalu menanyakann sampai dimana openyelesaiabn pembangunan asarama , bahkan orangtua yang datang dari kampung , bila melihat kondisi asrrama seperti ini mereka menangis baru pulang . Tapi itu kenyataan yang kami terima saat ini sebab belum ada penyelesaain ” banyak orangtua kami yang datang ke sini selalu kecewa, bahkan menangis disini baru pulang setelah melihat keadaan kami sebab kondisi kami tidur diatas terval . banyak pula orangtua dari kampung yang datang kesini kecewa ,sebab mereka tahu saja bahwa bantuan dana pembangunan asrama telah disalurkan lewat panitia pembangunan tetapi kekecewaan yang dibawa pulang . Sebelum adanya penggelapan dana pembangunan ini , pernah rapat dan minta pertanggungjawaban penggunaan dana tetapi itupun tidak mempan banhkan hingga saat ini panitia tidak lagi datang ke asrama . Sempat berharap pula bahwa asrama harus selesai sebab kami tahu dana sekitar 80 juta ada tapi panitia bilang dana habis . Hanya gara-gara terlantarnya pemnangunan asrama hubungan antara penghuni , panitia yang juga kepala keluarga kami renggang . Hubnugan renggang gara –gara itu gara –gara belum ada penyelesaian pembanmgunan ” Auwe Menyoal makan minum , Auwe mengaku tidak pernah mendapat bantuan bahan makanan selama ini . ” Asrama kami rtidak pernah mendapat bantuan bama sedangkan asrama lain dapat bantuan bama, tetapi itu kami upayakan sendiri .

Sementara itu menurut Ketua Panitia Pembangunan yang juga Kepala Keluarga Kamuu , Kundradus Agapa, A.Md.Pd yang dihubungi media ini mengatakan soal pengelolaan keuangan bertemu gdemngan bendahara sebab semua pengelolaan keuangan ada di bendahara . Belum lama ini sempat mendekati penghuni termasuk keluaga Kamuu tetapi mereka menuding saya gelapkan uang maka sya lepas tangan dan untuk itu hubungi bendahara mengangkut penggunaan dana . ” Saya tidak bertanggung jawab atas pengelolaan dana pembangunan asrama sebab tidak mengetahui persis kondisi keuangan kami. Karena itu ade hubungi bendahara ” urai agapa ( 03/11)
Lantas ketika ditemui media ini , markus gane bendahara pembangunan asrama kamuu, mengatakan dana yang dikirim dari kampung menjadi sumber pembangunan adalah hasil swadaya masyarakat kamuu dan sumbangan para guru-guru sd yang ada di kampung . sementara dana dari sumber lain hingga belum ada walaupun telah melakukan upaya penjaringan dana . pembangunan asrama dapat saja dilakukan namun dana menjadi kendala . dimana saat ini panitia berada pada posisi dilematis dimana sisa dana yang apakah bayar untuk ongkos kerja tukang yang masih utang 25 juta atau membeli membeli material bangunan untuk melanjutkan . kalau dahulukan bayar ongkos kerja tukang maka kelanjutan pembangunan berhenti sampai disitu tetapi kalau didahulukan untuk membeli bahan bangunan maka ongkos kerja tukkang masih menjadi tanggunangan panitia sementara dana yang ada hanya 25 juta sehingga panitia berada pada serba salah .” mau lanjutkan ppembangunan , dana yang ada 25 juta saja sehingga satu harus ditinggalkan entah ongkos kerja tukang atau belanja meterial, sebab dana yang ada hanya sekitar itu . selama ini berkembang banyak isu bahwa atas nama
pembangunan asrama menjaring dana namun hingga saat ini belum terima hingga kini . saya selaku pemegang dana pembangunan belum terima bantuan dana dari pihak manapun . sumber dana satu-satunya yang digunakan selama ini adalah sumbangan sswadaya dari masyarakart kampung dan guru-guru sd yang ada di lembah kamuu kabupaten nabire. selain dari itu panitia belum pernnah menerima bantuan apapun dari manapun . kemudian untuk sementara ini pembangunan asrama asrama tidak dilanjutkan sebab dana yang ada tidak mencukupii , baik untuk belkanja material , juga ongkos kerja tukang yang diminta 25 juta serta membiayai kebutuhan lainnya, apalagi pembanguanan asarama yang ukurannya 14x 16 meter sehingga memakan biaya yang tidak . pelajar dan mahasiswa ttermasuk ikatan kerluarga kamuu sendiri menganggap bahkan menuding kami menyelewengkan dana padahal perhitungan kami dana ada saat ini tidak cukup membbiayai keseluruhannnya . maka untuk sementara ini kami berhenti melanjutkan pembangunan sambil menunggu sumbangan yang pihak luar yang masuk baik secara perseorangan maupun kelompok , entah pemerintah mapun swasta . ada isu berkembang ada sumbangna yang masuk namun itupun hingga saat ini saya belum terima.

paadahal banyak cerita yang dikembangan dikalangan kita ada sumbangan dari ini , itu namun kenyaaataan nya sebagai bendahara belkum pernah menerima sumbangan-sumbangan itu . sengaja dibiarkan kelanjutan pembangunan ini sambil mengikuti perkembangan dewasa ini dimana atas nama pembangunan asarama menjaring disana-sini . kalau sampai akhir tahun ini tidak ada pihak yang membantu dana maka akan dilakukan evaluasi pembangunan ini ” urai gane kjepada suara perempaun (8/11).
selama ini banyak isu berkembang adanya bantauan dana secara individual ,namun hingga saat ini belum jatuh ditangan bendahara. ” walikota jayapura memberikan bantuan 10 juta namun dikasih lewat anaka-anak asrama . laporan penggunaan belum ada ,terus sumber lain, dorang
m.r. kambu membantu tetapi lewat penghuni langsung , laporan penggunaan hingga hari ini belum ada . terus sumber lain secara individual ada cuma sebatas cerita belum ada bukti pemberian bantuan . dalam rangka penjaringan dana ,segala urusan administrasi yang selama ini saya pegang tapi selama menjaring ddana itu tidak ada yang datang minta mengurus dana . namun mencari dana secara individual, menjaring dana demi kepentingan pribadi . walapun demikian belum ada bantuan satupun yang masuk ke kas kami . kami tunggu isu yang berkembang ada bantuan –abantuan tetapi belum ada realitas maka akhir tahun ini kami akan habiskan dana yang ada . pejabat dari kamuu yang ada di jayapura saja tidak ada sumbangan hanya tau bicara .malahan dengan atas nama pembangunan asrama orang benar-benar memanfaatkan kans ini untuk mendapatkan dana ”terang gane .

asrama serviam kamuu , selain tempat tinggal satu-satunya bagi pelajar dan mahasiswa kamuu kab. nabire yang belajar di jayapura , juga pusat kegiatan pelajar, mahasiswa, kerukunana keluarga kamuu yang berdomisili di jayapura, baik acara perekenalan, seminar, peretemuan , acara syukuran wisuda, dan kegiatan lainnya , namun dalam proses penyelesaian pembangunan asrama tak ada satupun orangtua di jayapouyra yang peduli.bahkan banyak lontaran tak mengenangkan sering dialanmatkan kepada panitia , ketika menjaring dana . ” masyarakat kamuu selalu rajin melaksanakan banyak kegiatan tapi tidak ada perasaan memiliki atas asrama ini bahwa keadaan asrama dalam kondisi telanjang . sejumlah hal dilakukan meyakinkan kerabat kamuu dipandang kasat mata . lallu siapa yang peduli ?. banyak orangtua dari kamuu yang menandaskan anak-/anak kami pulang pergi sekolah dari rumah orangtua jadi minta dana pembangunan kepada masyarakat di kamuu. tetapi uang yang dibantu dari masyarakat sangat kurang sebab kita bangun asrama dengan ukuran 14x16 meter .lalu itu 2 lantai yang membutuhkan dana yang cukup besar . mulai dari pembangunan awal hingga kini ditraktir 60 juta telah terkuras selain bantuan material yang diberikan secara perseorangan ” tandas markus .

selama ini, anak-anak pelajar dan mahasiswa kamuu mengeluh itu wajar, hanya jangan omong yang tidak betul karena tidak tahu opersoalan sebab bagi oirang lain menjengkelkan . anak-anak sendiri sudah merasakan dan mengalami sendiri bagaimana orang bangun sebuah rumah dengan mengelola 10 juta melanjutkan pembangunan asrama .oranmg mernganggap dana sumbangann ,masyarakat yang dikirim itu cukup padahal membutuhkan biaya sangat besar . semua dana yang saya dapat ada catatan yang akan dibawa saat evaluasi akhir tahun ini . kalau sama sekali tidak ada sumbangan dari luar maka yang ada sekitar 25 jutaan yang ada saat ini kita akan habiskan entah bayar ongkos kerja tukang atau belanja habis material bangunan . lalu siapa yang akan bayar ongkos kerja kalau belanja material bangunan dan sebaliknya . masalah pokok yang panitia hadapi saat ini kalau kita bayar utang ongkos kerja tukang atau beli material semua . lallu ongkos kerja tukang tetap akan jadi utang pada panitia kalau beli material bangunan . disinilah menjadi sebuah dilematis sebab kami tidak ada bantuan dana penmyelesaian pembangunan asarama ” urai gane. emanuel goo

makeowapa

SELAMATKAN TANAH DEMI MASA DEPAN ANAK CUCU
Tanggal :
18 Nov 2007
Sumber :
TABLOID JUBI

FokerLSMPapua.org,
JUBI - Makeowapa adalah gambaran di mana tanah yang dianggap suci ,keramat, kini sudah berubah menjadi ibukota Distrik Kamuu Utara. Padahal bagi orang Mee Makeowapa merupakan tanah suci, pusat penyebaran manusia dan budaya orang Mee.“Ketika dasar hidup dijual, digadai, dirusak maka akan hancur pula nilai-nilai hidup kita yang hakiki,” tutur anggota Majelis Rakyat Papua Philipus Degey belum lama ini di Nabire. Namun lanjut dia kini semua areal keramat itu telah berpindah tangan dari pemilik ulayat ke tangan-tangan pembeli dan pemodal serta berubah menjadi wilayah pemerintahan distrik.“Ketika daerah daerah keramat dijadikan sebagai dasar kehidupan dan sentral budaya dihancurkan maka kita akan kehilangan jati diri yang sejati dan tidak ada tempat bersandar hidup. Karena dasar hidup dijual, digadai, dirusak maka akan hancur pula nilai-nilai hidup yang hakiki,” tuturnya. Sebenarnya hilangnya tempat-tempat keramat dan sakral di tanah Papua baru sekarang ini terjadi. Sudah terjadi sejak awal 1960 an di mana kepeningan bisnis dan politik mulai menapakan tajinya di mana-mana terutama areal pertambangan, hutan dan pembangunan jalan trans serta lokasi permukiman baru termasuk program transmigrasi.Lihat saja Gunung Ertsberg atau Yelsegel Ongopsegel di daerah Kabupaten Mimika. Gunung keramat orang Amungme harus rela isi perutnya dilubangi karena kepentingan emas, perak dan tembaga demi sebuah investasi Walau gunung-gunung itu tempat keramat dan dunia tempat tinggal roh. Sebab kekuatan dunia roh ini, menurut masyarakat adat didapat dari tanah, sehingga kepemilikan tanah bagi Masyarakat Hukum Adat (MHA) adalah sesuatu yang mutlak. Kepemilikan atas tanah ini akan memberikan kekuasaan bagi MHA untuk memberlakukan adat mereka. Kepercayaan-kepercayaan ini tumbuh dan bertahan pada kelompok-kelompok MHA.Misalnya pada masyarakat Distrik Napan, yang meyakini bahwa hulu sungai Lagari yang dikenal dengan nama Nuba Urigwa adalah tempat yang sakral, yang menjadi tempat tinggal Kuri. Keyakinan ini membuat masyarakat dari kelompok budaya Kuri di kawasan Napan-Weinami dan Makimi memahami seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai wilayah yang tidak boleh dirusakan karena kehidupan sungai bersumber pada tanah di sekitarnya. Tanah dianggap rahim bagi air sungai dan air laut.Sedangkan pada budaya Suku Ngalum, Kabupaten Pegunungan Bintang setiap pohon, rotan, sungai, gunung hingga batu berhubungan dengan erat dengan suku-suku disekitarnya. Begitu eratnya hubungan ini sehingga dalam pembukan lahan, setiap laki-laki yang terlibat wajib memakan segumpal tanah. Ini mencerminkan bahwa tanah merupakan sumber kesuburan dan kehidupan sehingga masyarakat Ngalum harus mengikatkan dirinya dengan tanah yang tidak lain dianggap sebagai ibu. Kini penggalan tanah yang terletak di sepanjang jalan Poros Trans Nabire –Ilaga tepatnya di Distrik Kamuu dan Distrik Kamuu Utara alias Lembah Kamuu Kabupaten Nabire telah terjual habis . Karena tanah terjual habis, kini hutan mulai dirambah sehingga kayu mulai di jual. Lantas akan kemanakah anak-cucu Masyarakat Lembah Kamuu? Entahlah tetapisebagian besar Tanah yang terletak ditempat strategis telah terjual habis.Mulai dari Mata jalan Ekemani sampai di Idakoto yang kini dijuluki “kota baru” . Sepanjang jalan dari Pusat kota Moanemani hingga Mauwa tak ada yang tersisa, semuanya telah berpindah tangan dari pemilik ulayat kepada pembeli. Lalu di distrik Kamuu Utara ,di sepanjang jalan raya Trans Papua KM 207 sudah habis dijual,bahkan di halaman depan Puskemas Idakebo saja telah dibangun barak kios. Tanah-tanah disitu dijual dengan kisaran harga lima juta ke atas. Makeowapa sendiri sejak dulu diyakini sebagai tempat keramat.Tanah dan seisinya adalah asset satu-satunya yang dimiliki oleh masyarakat local maka masyarakat perlu mengamankan dari pencaplokan dari pihak lain. Strutur adat di lembah Kamuu tidak sama dengan struktur adat daerah lain tetapi kembali pada nilai-nilai budaya.Lebih lanjut, Philipus Degey menjelaskan bahwa menjual tanah berarti menjual ibu yang memberi susu dan madu, juga menyerahkan diri sendiri dengan seluruh hidupnya. Kalau ada yang menjual tanah lagi maka sebaiknya diusir saja dari kampung. “Tanah bukan warisan kepada kita melainkan hanya dititipkan sementara buat anak cucu yang akan datang. Sehingga kita tak perlu lagi mengklaim tanah bahwa itu milik saya, tetapi bagaimana menjaga harta satu-satunya milik cucu kita dan menghiasi tanah ini dengan berkebun atau beternak selama kita hidup diatas tanah.” ujar Philipus Degey. Philipus juga mengakui jika panorama lembah Kamuu memang sangat indah sehingga banyak yang ingin mencaploknya. Maka harus dipertahankan sebagai harta utama yang dimiliki. Jika tanah tersebut hilang maka sama saja dengan kehilangan segalanya sebagai orang asli. Sebab hanya tanah inilah dimiliki. Juga jika pemilik tanah dan orang luar bercampur maka pemilik ulayat akan hilang ditengah penduduk yang baru datang. “Jika menjual rotan, kayu, batu, atau pasir, tidak jadi soal. Tapi bila menjual tanah berarti mama sendiri.” tegasnya.Sedangkan menurut Andreas Goo, S.Sos, salah satu intelektual di Nabire, sistem yang berlaku pada Masyarakat Adat adalah berdiri diatas tanah. Hidup dan bekerja diatas tanah yang nantinya akan menjadi Tonowi. Ketonowian didapat melalui kerja dan usaha dari tanah. Sehingga saat ini, untuk merusak system tatanan kehidupan orang Mee, banyak orang yang datang dengan membawa sejumlah uang untuk membeli tanah. Paulinus Agapa, tokoh agama orang Mee mengibaratkan manusia sebagai kayu yang tumbuh diatas tanah. “Ibarat kayu yang tumbuh dari dalam tanah, maka manusiapun hidup dari kecil diatas tanah. Sehingga harus menghargai tanah seperti menghargai ibu sendiri.(Emanuel Goo/Dominggus Mampioper)
[ Indeks Versi Cetak Kirim ke Teman Tanggapan ]

memerangi kekerasan

MEMERANGI KEKERASAN TANPA KEKERASAN
Oleh Emanuel Goo
Damaiku, Damaimu, Damai kita . Damai itu indah .Demikian sepenggal tema yang diambil dalam merayakan hari doa” Damai “ sedunia pada bulan oktober lalu di Jayapura dalam rangka menciptakan Tanah Papua sebagai tanah Zona Damai di Papua .Ada apa dengan damai? Mengapa diambil doa damai? Hendak kemana mencari damai? Tak berlebihan bila berbagai denominasi agama (Kristen, Katolik, Hindu Budha ,Islam ) bersatu menurunkan dengan tema “Damai” sebab rasa kedamaian yang dicari selama ini semakin jauh dalam konflik dan kekerasan bernuansa SARA yang merebak dimana-mana baik diti ngkkat local,nasional maupun ditingkat dunia internasional .
Dewasa ini adalah saat-saat yang penuh dengan ketegangan,konflik dan mudah saja menimbulkan kekerasan,baik antara suami,isteri,adik dan kakak,antara suku yang satu dengan suku lain,antara kelompok pendatang dengan kelompok penduduk setempat, orang pedalaman dan pesisir, antara satu agama dengan agama lainnya. Hampir setiap hari dengan mudah kita menyaksikan kekerasan merajalela di mana-mana dan kekerasan dengan sendirinya telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Bagaimana reaksi atas kekerasan yang secara terang-terangan terjadi hampir setiap hari, daerah sehingga mempengaruhi kehidupan . Tidak ada jalan lain selain membawa damai di tengah-tengah kekerasan yang merajalela di sekeliling kita. Damai itu sangat dibutuhkan setiap orang bahkan diri sendiri. Karena itu mulailah berkata tentang sesuatu yang mendatangkan damai diantara kita dan tak lupa pula merasakan hal-hal yang positif untuk memupuk damai diantara kita. Yesus mengajarkan bahwa kita harus berbuat sesuatu yang baik kepada orang lain seperti apa yang kita inginkan orang lain perbuat kepada kita. Berdamai itulah jalan yang terbaik untuk semua orang. Kebencian,kerakusan dan iri hati tidak akan menyelesaikan masalah, malah menambah persoalan dari yang satu kepada persoalan yang lain.
Rasa perdamaian dan solidaritas dimana-dimana sudah dilukai,yang dulunya diakui ramah dan bersahabat. Kini tiba-tiba, menjadi keras. Kejam dan brutai menjadi pembunuh-pembunuh perang saudara seperti kritik di Ambon. Hak-hak asas manusia terus-menerus ….terakhir pembunuhan Theys dan penembahkan warga sipil di timika……dan kecil masih saja diusur, dikorbankan ………………penegak hukum untuk melindungi keadilan malah men jadi korupsi pemerasaan. Harkat dan martabat luhur sebagai manusia merdeka sudah pudar menggelam . lagi dalam primodialisme kemudian muncul lagi fanatisme buta antar SARA, (suku Agama, Ras, Adat dan Istiadat) yang dibakar dan dikipas-kipas oleh provokator bayaran dari penguasa-penguasa politik , seperti halnya terror pemboman rumah pemimpin redaksi radar timor di Kupang, NTT. Belum lama ini akibat pemberitaan-pemberitaan yang kritis dan objektif, keterlibatan dan kedisiplinan yang membawa rasa damai bagi kita merosot sekali. Bukan hanya didaerah kita semua hal itu terjadi tetapi daerah yang jauh dari kita bahkan diseluruh dunia menjadi perang politik kekerasan dengan terorisme. Kejahatan criminal balas dendam perompokan dan pembunuhan (baca: penembakan warga asing di Timika beberapa waktu lalu )genoside secara besar-besaran untuk menghapuskan suatu etnis sehingga jutaan jiwa manusia menjadi korban kon g dan kekerasnan.
Kecenderungan manusia papua ini adalah menanggapi konflik dengan bentuk kekerasan , baik kekerasan fisik, kekerasan struktur, maupun kekerasan budaya, sehingga budaya kekerasan menjadi kenyataan dan sajian utama dalam pemberitaan di berbagai media massa, jugaa “Menu” dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan tanda-tanda kerusakan dunia dan kebobrokan manusia ini terjadi berulang kali karena meraja lelanya individualisme, hedelisme, dan korupsi, skala besar yang dengan serakan menjarah kekayaan bumi sampai merusak lingkungan hidup kini dan masa depan.
Hal ini mengingatkan manusia/kita sedang sakit. Penyakit ini terlihat dari kecenderungan dalam setiap konflik yang langsung bereaksi dengan kekerasaan. Bahkan sering kali secara biadab seakan-akan kemampuan untuk sabar, menerima keberadaan orang lain yang berbeda suku, Agama, dan Adat istiadat sudah sirna dan menguap. Manusia menjadi masalah secara psikologi. Kita tidak mampu membawa diri secara normal mengolah konflik-konfliknya secara wajar. Budaya kekerasaan sudah merupakan kenyataan dalam kehidupan bangsa besar ini setiap gesekan atau konflik dapat berakhir dengan pembunuh atau perkelahian masal.
Dari kemelut kekerasaan ini, dapat dipertanyakan apa latarbelakang suasana yang membuat kita mengekspresikan kemarahan dan keputusan dengan kekerasan? Bahwanya modernisasi dan globalisasi ikut andil atas manusia dunia yang membuat berada dalam keadaan tegang secara terus menerus sehingga terjadi proses transformasi budaya yang mendalam dari masyarakat
M,on tradisional kepasca tradisional maka dengan sendirinya terjadi disorietasi/disfungisonal yang terasa sebagai ancaman ekonomis, psikologi dan plitis.
Cara –cara penyelesaian konflik tradisional tidak mampan alias mendukung, begitu pula dengan cara-cara tradisional untuk menghadapi kemajemukan dalam masyarakat tidak lagi bekerja. Maka otonomis kecenderungan primodialistik kedalam dan agresif keluar bertambah selama manusia mengalami proses modernsisasi sebagai proses yang positif untuk meningkatkan rasa kesejahteraan, kedamaian, dan keadilan. Tekanan umum ini mengapa baru dalam tahun-tahun terakhir ini kekerasaan demikian meraja lela ? mengapa kita mudah terprovokasi ? tak dapat dipungkiri bahwa adanya tendensi-tendenssi eksklusif, baik dikalangan agama maupun suku bangsa (kelompok masyarakat) yang memiliki dampak mengkafirkan yang beragama lain dan mengajar kita untuk mengambil jarak dari orang lain yang kafir, segala macam cerita tentang golongan atau kelompok lain tanpa usaha untuk menjamin kebenarannya, pemanasan hubungan antar golongan atau siapa siapa kita ppermasalahkan ? Entahlah .namun semuanya ini tidak terlepas dari system kekerasaan orde (ORBA) yang merupakan melembaganya kekerasaan. Berdasarkan kekuasaan tak tertanding, hampir semua konflik sosial/kepentingan tidak selesaikan secara rasional, obyektif, atau dialogal yang adil, melainkan menurut kekuasaan kooptasi, ancaman, intimidasi, dan penindasan. Hanya dengan jalan itulah orang atau kelompok orang dapat mempertahankan diri atau maju selama orde baru. Kebrutalan aparat (TNI-POLRI) dimana pun mereka beraksi dibarengi dengan slogan pada masyarakat tentang-tentang nilai-nilai luhur” Rasa kebangsaan dan persatuan kesatuan yang menambah sinisme dan rasa putus asa. Kenyataan membukti yang jelas,jika kita memilik kasus-kasus ditanah air , konflik SARA di Ambon, GAM di Aceh OPM di Papua,dll.hal ini dapat mengerti bahwa dengan slogan mempertahankan persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI itu terjadi kekerasaan fisik yang mengorbankan saudara-saudaranya sendiri.
Kita diliputi budaya kekerasaan semakin menurun karena konflik sehari-hari tidak lagi mampu ditangani dengan baik.melainkan langsung meransang kekerasan serta melibatkan komuitas yang bersangkutan oleh pihak-pihak gelap alias provokator (mungkin TNI,POLRI, penguasa, mungkin juga warga Sipil lainnya).
Kita adalah masyarakat plural yang terdiri dari berbagai etnik, agama dan adat-istiadat ini, kini titik sambung pluralistic mulai retak, ibarat terkena atrofi kemampuan untuk berisolidaritas melebihi lingkungan primodial yang mengarah suatu penyempitan focus perhatian pada kelompok sendiri karena kemampuan untuk merasakan kebersamaan, telah digerogofi oleh konsep “ kami dan mereka “ bukan kita semua.Hal ini dirasakan suatu ancaman besar yang hidup dalam kehidupan pluralitas. Lantas mengapa kita menjadi seperti itu ? Pluralistas kita adalah kenyataan yang ada, dulupun seringkali terjadi konflik ketegangan tetapi merebaknya konflik komunitas seperti sekarang ini baru mulai beberapa tahun belakangan ini, (sejak Presiden Soeharto turun dari Prabonnya).
Aktualisasi ditingkat rakyat langsung hanya akan efektif, apa bila diciptakan kondisi structural yang mendukung dimana aparat pemerintah (TNI-POLRI), Efektif, Yudikatif) harus mengembalikan hukum dan membongkar provokasi yang hendak menggunakan keadaan konflik. Penggaran hak asasi manusia di tegakkan secara tegas dan transparan yang demokratis. Seharusnya kita belajar untuk menghadapi konflik-konflik diantara kita secara terbuka, rasional dan dialogis. Bersama dengan itu seakan-akan kurang berfungsi. Karena hidup dalam situasi kondisi yang keras, kacau, dan menegangkan dalam kehidupan kita, maka dalam mengatasi konflik dan kekerasan. Nilai-nilai asli masyarakat yang positif diaktualisasikan, dengan menyadari pluralistas dalam agama, etnis, dan budaya sebagai suatu bangsa besar.
Adalah suatu realita bahwa ini tokoh agama sudah menjadi figure yang selalu dihormati. Disegani dan diagungkan, oleh umatnya maka guna menghadapi aneka macam konflik SARA belakangan ini, tokoh agama telah berbuat berbagai usaha perdamaian terakhir seruan Doa Damai Sedunia dan berbagai Dominasi, agama. Suku bangsa, budaya melalui rekonsiliasi dengan harapan membangun hidup bersama dalam suatu social society yang damai dan sejahtra DAMAI ITU INDAH.
Penulis Adalah koresponden suara perempuan papua Pemerhati Tinggal Di Nabire







POTENSI KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT PAPUA
Oleh
EMANUEL GOUBO GOO

Masyarakat papua terdiri dari berbagai etnis yang berjumlah + 253 kelompok etnis.Setiap kelompok etnis memiliki sistim kepemimpinan tradisional tertentu dan menampilkan sifat-sifat yang pada satu sisi memiliki persamaan dan pada sisi lain memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam disertasi DR.J.R.Mansoben,MA secara gamlang membagi 4 tipe sistim pemimpinan tradisional alias local dipapua,diantaranya, sistim kepemimpinan kepala suku,sistim kepemimpinan kerajaan,sistim kepemimpinan pria berwibawa,dan sistim kepemimpinan campuran.
Bila ditinjau lebih jauh dari keempat tipe sistim kepemimpinan tradisional yang tersebar dipap[ua ini,banyak memiliki ciri-ciri spesifik yang memperjuangkan kesejatrahan umum,menegakkan keadilan dan kebenaran,serta menjaga keselamatan bagi warganya. Lantas sistim kepemimpinan formal masuk kedalam sistim kepemimpinan tradisional,maka terjadi dualisme kepemimpinan didalam masyarakat,timbul pertanyaan dampak apa yang diterima oleh masyarakat,atas berbaurnya sistim kepemimpinan tradisional alias local dengal kepemimpinan formal.
Awal kehadilan atau masuknya sistim kepemimpinan formal yang dibangun oleh pemerintah belanda dan Indonesia ini,telah terjadi kenangan dalam-dalam sistim kepemimpinan local, sehingga terjadi pula dualasmapemimpinan antara local dan formal yang dalam berimbasnya kebingugan dalam masyarakat tradisional. Disinilah awal pengujian legitimasi kepemimpinan tradisional dan sistim keterpimpinan local yang adalah telah ada legalitas atas cirri-ciri dan kenabilitasnya dalam alinea perpolitikan dimasyarakat.sememtara kepemimpinan fomal diterim dan akui begitu saja tampa adanya suatu pengunjian regetimasi,karena suatu hal baru yang berasal dari pemerintah.
Kepemimpinan tradisional yang telah lama hidup dan berkembang dalam masyarakat Papua mulai tergeser dengan kehadiran kepemimpinan formal yang diturunkan oleh pemerintah Belanda ataupun Indonesia yang diplementasikan melalui program pembangunan Desa,Kecamatan,Kabupaten,dan lainnya,sehingga otomatis pula pemimpin-pemimpin local tergeser dan mulai menyaksikan kepemimpinan I formal[Desa,Camat,Bupati,Gubernur,DPR dan lainnya dengan implementasi program,sementara kepemimpinan local implementasinya dengan kapabilitas yang dimilikinya lebih cenderung mengutamakan kesejahteraan warga,kesejahteraan warga,kesemuanya dilakukan dengan nurani yang polos tanpa ambisi radikal menjadi pemimpin local. Lain halnya dengan system kepemimpinan formal [Desa,Camat,Bupati,DPR,dan lainya].selai syarat dengan ambisi naik ke level yang lebih tinggi,juga mencari masa melaui korupsi,kolusi dan nepotisme.
Sistem kepemimpinan formal yang telah bercokol hingga kedaerah terpencil ini telah terjadi perubahan-perubahan radikal,yakni semakin menyempitnya ruang gerak peranasn took-toko tradisional,karena mereka tidak diperhitungkan lagi dalam implementasi program pembangunan didaerah kekuasaannya,sehingga tidak mengherankan bila terjadi penyimpangan-penyimpanggan yan merugikan rakyat kecil,disana sini saja kasus korupsi diatas program pembangunan yang diimplementasikan,yang pada ujung-ujungnya hilang mosi masyarat terhadap system kepemimpiana formal baik ditingkat desa,hingga pemerintah pusat sekalipun. Disini banyak kasus yang dapat kita lihaat,dana IDT,Bangdes,PPK,ditingkat desa,misalnya banyak warga desa tidak menikmati dana-dana bantuan tersebut,yang tragisnya dinyalir dana-dana tersebut jatuh ditangan kepala desa dn aparat Camat,dan lain-lainnya,sehingga apatisme pembangunan yang terjadi disana. Hanya sebuah kasus kecil dalam system kepemimpinan desa,belum kasus besar lag yan terjadi ditingkat kabupaten,propinsi,bahkan pusat.berkaitan dengan ini Drs.Mieke sehousen dalam sebuah hasil penelitian mengatakan “Tidak mengheraankan hal ini bukanlah gejala yan
Baru.Ia menyebut kesulitan dalam melaksanakan langkah-langkah pemerintah jika kepala desa tidak disenangi:kemudian penduduk desa ,dengan perlawanan pasif,sekalipun merugikan ini”. Disinilah legitimasi system kepemimpinan diuji dimata rakyat,baik itu kahadiran aparatur pemerintah sebagai pemimpin formal implementasi program.
Sistem kepemimpinan tradisional telah tergeser dengan adanya berbagai transformasi termasuk system kepemimpinan formal yang merakyat dimana-mana.lantas dengan adanya pembentukan majelis rakyat papua,kasak-kusuk membicarakan,tokt lokaal sebagai salah satu pilar dimeja tersebut,pada hal beberapa decade lamanya tokoh local diposisikan hanya sebagai penonton bahkan tak perna dilibatkan dalam implementasi program alis proyek pembangunan,yang semestinya dialah yang memiliki pengaruh dimasyarakat.apabila kalaupun nanti majelis rakyat papua mulai diisi,percaya atau tidak akan muncul tokoh-tokoh local gandungan alias aspal [Asli tapi palsu ]yang mengaku dirinya tokoh dari suku ini atau suku itu,sementara tokoh pemompin berkualitas masih jauh berada dibalik gunung,lembah ataupun dipinggiran pantai,karena telah digeserkan sebagai pemimpin local dengan adanya kepemimpinan formal.dan juga pemimpin local diadakan yang muncul sepperti itu telah terkontaminasi dengan kepemimpinan formal yang penuh dengan kebobrokan,sehingga perlu pengujian criteria-kriteria legitimasi dan kapabilitas perpolitikan tradisional dimasyarakat.bila seorang mengakui dirinya sebagai tokoh adapt atau sejenisnya guna memperoleh jabatan anggota majelis Rakyat papua atau untuk memperoleh sesuatu,maka perlu dipertanyakan legitimasi dan kapabilitas dia sebagai tokoh masyarakat alias pemimpin local dari suatu etnis,baik yang mengakui sebagai bobot,tonowi,ondofolo,kayepak,kain,nagawan ,sonowi,membri,dan lainnya,sehingga diakui ketokohannya. Untuk itu perlu legitimasi dari masyarakat sebagai seorang tokoh,sebab dengan berbagai perubahan sosial budaya yang berubah cepat itu secara otomatispula telah berubah ketokohan yang sebenarnya demi memperjuang dewasa ini keakuan toko local telah terkontaminasi dengan kepemimpinan formal yang penuh dengan politik kotor dengan berorientasi untuk mencari kepentingan pribadi mengorbankan rakyat kecil yang tarah tau apa-apa.sebab pemimpin local dari suku-suku bangsa yang ada dipapua telah diuji dan memenuhi criteria serta memiliki kapabilitas dimasyarakat,sehingga ketokohannya mendapat legitimasi dari pendukunnya,hanya saja mereka tersebar dikampung-kampung terpencil.
Dari uraian ini,ditarik simpulannya bahwa legitimasi kepemimpinan formal telah menggeserkan posisi tokoh masyarakat,sehingga berubah pada kegoncangan dan ancaman system kepemimpinan local,selain itu dengan adanya kepemimpinan formal meninggal preseden buruk bagi warga dengan mencermati penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pemimpin formal,juga terjadi dualisme kepemimpinan yang berimbas pada apatisme masyarat terhadap berbagai implementasi program pembangunan karena masyarakat mengakui kepemimpinan local.bersamaan itupula terjadi perpecahan solidaritas sosial yang ada sejak leluurnya,serta telah membatasi ruang pemimpin local,pula kepemimpinan formal telah mematikan kreatifitas masyarakat dalam usaha-usaha produktif ,yang ujung-ujungnya kini mereka mengharapkan bantuan [beras JPS,Beras Miskin alias raskin,bantuan kukesra,dan lainnya] dari pemimpin formal yang hanya membuka peluang kepada masyarakat mengharapkan bantuan lagi,yang tahu-tahunya pemerintah [pemimpin formal]pun meminjam bantuan luar negeri[padahal diapun trada apa-apa].
Disinilah imbas dan problematika dari system kepemimpinan formal, sementara kepemimpinan local telah sirna bersama waktu, yang kini tinggal hanya nama atau konsep” Tonowi,Ondofolo,Kain,Sonowi,Kayepak,Tesmaypit,Bobot, Nagawan,dan lainnya,sedangkan isi atau ciri dan kapabilitas tarah tau entah kemana perginya.
Akhirnya,bila kursi majelis rakyat papua mulai dibagikan,maka jangan lupa sisikan pemimpin local yang ada dikampung-kampung,baik itu dibalik gunung,lembah,pesisir,pantai,daerah aliraan sungai,daerah rawah dan lainnya.perhitungkan pemimpin local sebab dia mempunyai pengaruh yang sangat kuat dimasyarakat juga mengetahui keberadaan masyarakat serta memperjuangkan segala aspirasi dan kesejahteraan warganya.

Penulis Adalah
Kontributor Papua Pos Nabire &
Wartawan Suara Perempuan Papua

Membedah Pembagian Kerja antara Perempuan dan Laki-laki Etnis Mee Bersama Ny. Theresia Dogomo ,S.Sos

Perempuan sebagai komunitas yang lebih dari separuh jumlah penduduk merupakan unsur potensi yang mutlak diikutsertakan dalam proses pembangunan Papua sebab perempuan Papua memberikan sumbangsih yang cukup dalam berbagai aspek kehidupan baik kepada Negara, Bangsa, Masyarakat dan keluarga sesuai peran dan fungsi kaum perempuannya. Dengan demikian peran serta perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender di bidang pendidikan pun telah dibuktikan oleh Raden Ajeng Kartini yang bangkit dengan mottonya yang terkenal “Habis Gelap Terbitlah Terang“ yang mana selalu memperingatinya setiap tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Kelahiran Kartini di bulan April dijadikan momentum bahwa wanita mempunyai posisi dan kekuatan untuk membuat perubahan baik untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya ataupun bangsanya. Zaman telah berubah, namun Kartini tetap memberikan insprasi bagi kaumnya dan juga bangsa ini untuk tetap maju. Perempuan saat ini lebih berani untuk bersuara dan juga bersikap untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya demi tercapainya keadaan yang lebih baik.
Sejarah memberikan bukti dan mencacat bahwa peran, fungsi ganda dan sumbangsih dari kaum perempuan sesuai peran yang diemban cukup berat di mana peran ganda perempuan bermain di dalam mempertahankan kehidupan ekonomi keluarga. Beban kerja perempuan cukup berat dipikul kaum perempuan sehingga terjadi ketimpangan relasi gender. Peran ganda perempuan dalam keluarga untuk meningkatkan ekonomi keluarga ini selain melakukan pekerjaan domestik (seperti, memasak, mengasuh anak, berkebun, mencari kayu bakar, memikul air dan lainnya) dan pekerjan publik alias pekerjaan di luar rumah seperti berjualan di pasar, mengikuti kegiatan posyandu, aktif dalam kegiatan keagamaan, organisasi masyrakat, dan lainnya, yang sangat menyita waktu dan tenaga yang banyak.
Untuk mengetahui dan menganalisis pola relasi gender masyarakat dalam meningkatkan ekonomi maka diperlukan kegiatan analisis gender. Analisa gender membantu mensistematiskan pengalaman penindasan perempuan dan memberi ruang berpikir untuk merubah ketidakadilan gender. Analisa gender meletakkan masalah pada pola hubungan perempuan dan laki-laki sehingga masyarakat dapat memperbaiki pola hubungan laki-laki dan perempuan untuk membangun pola yang lebih adil termasuk dalam peningkatan ekonomi keluarga. Salah satu analisa paling sering dilakukan para peneliti, aktivis, dan para ilmuan adalah analisa profil aktivitas (pembagian tugas gender) dan profil akses serta kontrol perempuan, selain Analisis profil aktivitas (pembagian kerja gender) di mana dikaji apa tugas/ peranan perempuan dan laki-laki, peran rangkap perempuan, berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, kapan pekerjaan-pekerjaan itu dilakukan (setiap hari atau waktu tertentu), di mana pekerjaan-pekerjaan itu berlangsung, entah di rumah, di kebun, di pasar, kegiatan keagamaan). Sedangkan dikaji dari akses dan kontrol, siapa yang memiliki akses terhadap sumber daya produktif (tanah, hutan, perlengkapan-perlengkapan, pendidikan dan latihan), lalu siapa yang mengontrol hasil produksi, dan siapa yang memperoleh manfaat dari penggunaan sumber daya yang ada .


Berdasarkan hal inilah saya tertarik untuk menkaji masalah perempuan, apalagi saya agen tabloid suara perempuan Papua di nabire telah memberikan inspirasi untuk menulis maka saya menulusuri bagaimana kehidupan perempuan Mee dalam pembagian kerja , demikian dikatakan ny. Theresia Dogomo ketika usai mempertahankan skripsinya dihadapan para penyuji di kampus Universitas Wiyata Mandala nabire pada rabu 24 september lalu .


Dalam realitas dan hasil study yang dilakukan belum lama ini kata Theresia , Perempuan Mee melakukan beban kerja yang cukup berat. Beban kerja perempuan lebih berat dibandingkan beban kerja laki-laki. Perempuan dapat melakukan pekerjaan, di kantor, di pasar, di kebun, di kali, di danau, di hutan, dan lainnya, selain pekerjaan domestik (pekerjaaan dalam rumah tangga). Kesempatan untuk istirahat dan waktu luang bagi pria lebih banyak (seperti jalan-jalan di pasar, kios, di terminal sekedar menyaksikan kendaraan yang lalu lalang maupun penumpang hendak melakukan bepergian ke Nabire serta ke Enarotali, urus perkara main judi, duduk cerita-cerita dan lainnya). Adanya anggapan bahwa kaum laki-laki merasa tabu dan akan menurunkan derajatnya apabila laki-laki melakukan pekerjaan tertentu yang adalah pekerjaan perempuan.
Dengan demikian pada saat ini telah terjadi ketimpangan atau ketidakadilan dalam pembagian peran antara perempuan dan laki-laki Mee sebab beban kerja perempuan Mee lebih banyak dan bervariasi dibandingkan dengan beban kerja laki-laki. Dengan demikian dari analisis gender dengan topik pembagian kerja “selama 24 jam sehari“ dikatakan bahwa: “perempuan dan laki-laki Suku Mee melakukan pekerjaan yang berbeda selama 24 jam, biasanya perempuan lebih lama bekerja, perempuan melakukan pekerjaan yang banyak dan bervariasi dalam waktu yang bersamaan, beban kerja perempuan lebih berat dibanding laki-laki waktu istirahat untuk laki-laki lebih banyak dengan demikian perempuan Mee terlibat dalam tiga tipe pekerjaan yaitu; pekerjaan produktif, pekerjaan reproduksi dan pekerjaan sosial kemasyarakatan serta keagamaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dewasa ini kaum laki-laki Mee sedang memasuki tahap kehilangan identitas diri, di mana seluruh pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh laki-laki Mee, sudah lebih banyak diambil alih oleh Kaum perempuan “ urai dogomo yang skripsinya direkomendasikan masuk di meja MRP ini .
Etnik Mee yang mendiami di Distrik Kamuu Kabupaten Nabire telah menetapkan karakteristik perempuan dan laki-laki (gender) berdasarkan nilai-nilai budaya yang mereka anut, termasuk di dalamnya adalah peran-peran apa yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan peran apa yang dilakukan perempuan, bagaimana kedudukan laki-laki dan perempuan serta sumber-sumber daya apa saja yang dapat dijangkau dan dikontrol oleh laki-laki maupun perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidup kelurga, namun di jaman ini penulis melihat bahwa dengan adanya akulturasi budaya secara terus-menerus telah berpengaruh besar pada nilai-nilai budaya yang dianut sebelum adanya akulturasi budaya tersebut, yang berdampak pada situasi ketimpangan gender yang banyak merugikan kaum Perempuan Mee´urai perempuan kelahiran kampung Mauwa ini .

Pada masyarakat Papua umumnya telah menetapkan laki-laki dan perempuan (gender) berdasarkan nilai budaya yang dianutnya, termasuk di dalamnya adalah peran apa yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki dan peran apa yang dilakukan oleh kaum perempuan, bagaimana kedudukan laki-laki dan perempuan serta sumber daya apa-apa saja yang dapat dijangkau dan dikontrol oleh laki-laki dan perempuan.
Pada zaman sebelum ada akulturasi (kontak dengan dunia luar) peran tradisional laki-laki dan perempuan cukup seimbang. Laki-laki dan perempuan, memiliki tanggung jawab yang sama beratnya. Laki-laki bertanggung jawab terhadap urusan politik (perang, membuat negosiasi dengan musuh, menggelar pesta babi atau Yuwo) menjaga keamanan kampung termasuk harta benda keluarga, mengurus pesta-pesta adat, berburu, membuka lahan baru, berdagang. Sementara perempuan bertanggung jawab terhadap urusan pencarian makan di kebun, menyiapkan makan bagi keluarga, mengurus ternak babi dan pekerjaan dalam rumah tangga serta membantu laki-laki dalam menyiapkan upacara-upacara adat, mengasuh anak.
Namun kini lanjut Tedo dengan adanya akulturasi (kontak budaya) dengan budaya luar, peran-peran tersebut telah berubah. Sebagian besar peran laki-laki berkurang/hilang seperti urusan perang, menjaga keamanan kampung, mencari kayu bakar, mengurus upacara-upacara adat, tugas membuka lahan baru (kebun baru) juga semakin dipersingkat/ banyak kemudahan teknologi yang diperkenalkan untuk membantu kaum laki-laki ketimbang perempuan.
Lain halnya dengan perempuan. Dengan adanya perubahan ini peran tradisional perempuan masih tetap, bahkan ditambah dengan peran-peran baru sebagai akibat meningkatnya kebutuhan hidup seperti tanggung jawab untuk mencari uang, mengikuti kegiatan-kegiatan Posyandu, PKK, Kegiatan gereja dan kegiatan kemasyarakatan lainnya .
Dengan demikian dapat dikatakan, kaum perempuan memiliki beban kerja yang cukup berat, sementara pada sisi lain kaum laki-laki berkurang dalam peran sebab adanya perubahan budaya dengan memperkenalkan teknologi baru. Kondisi dewasa ini beban kerja perempuan Mee dalam menaikan tingkat ekonomi Keluarga cukup berat ketimbang laki-laki sebab dari pagi hinggga matahari condong matahari perempuan melakukan sejumlah pekerjaan mulai dari memasak makanan buat keluarga, menyusui anak, memberi makan ternak, mengurus ternak, mengolah kebun, berjualan di pasar, mengikuti sejumlah kegiatan sosial yang melibatkan mereka.
peran dan tugas yang dilakukan perempuan dan laki-laki Suku Mee dalam meningkatkan aspek ekonomi, seperti; berkebun, ternak babi, berdagang, berburu, menangkap ikan mengolah kebun, mengasuh anak .
Sistem Mata pencaharian pokok bagi orang Mee adalah bercocok tanam ubi jalar alias berkebun. Jenis tanaman yang ditanami ubi jalar, keladi, sayur, sayuran dan sayuran tumpang sari lainnya. Semua jenis tanaman yang ditanami sebagian besar dikonsumsi oleh keluarga (terutama ubi jalar), selebihnya dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga untuk membayar biaya sekolah. Kegiatan berkebun biasanya dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Sejak pagi pukul 7.00 sampai sore hari pukul 16.30.
Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Jenis pekerjaanan ini awalnya dilakukan oleh laki-laki, terutama pembukaan lahan baru sekaligus membuat pagar sedangkan mulai dari penanaman, pembersihan atau menyiangi, memanen hingga distribusi hasil panenan lebih banyak dilakukan oleh perempuan . perempuan melakukan, berkebun ,membersihkan dan membakar lahan baru, Mencari bibit dan Menanam ,Membuat bedeng ,Menyiangi,,memanen,,menyangkut hasil panen,,distribusi dan pemasaran hasil produksi,, mencari Kayu Bakar dan memikul kayu,membantu dalam proses pembangunan rumah (memasak makanan, mengangkut material pembangunan rumah), sedangkan laki-laki Membuka Lahan Baru ,acapkkali Menebang Pohon ketika membuka,lahan baru, Membuat pagar , Membuat Dranaise,Membangun rumah (sekali-kali),sekali-kali Membuat anak Panah,Mencari Kayu Bakar .Pada sisi lain seperti beternak,Pekerjaan ternak babi ini lebih banyak dilakukan perempuan mulai mencari makan, memberi makan hingga memelihara.Walaupun ada laki-laki yang melakukan, itupun ketika ada pagar atau kandang babi rusak. Pembuatan kandang atau pagar dilakukan kaum laki-laki. Mengurusi babi kaum perempuan dan anak-anaklah yang melakukannya. Pekerjaan memelihara babi umumnya dilakukan oleh perempuan dan anak- anak remaja. Babi yang dipelihara sebagian besar digunakan untuk membayar mas kawin, membayar anak sekolah, dan disembelih pada saat-saat upacara keagamaan atau adat dan jarang sekali sekali daging babi dikonsumsi oleh keluarga setiap hari. Selain itu ada yang beternak ayam, kelinci, sapi dan anjing yang baru diperkenalkan dalam waktu dua dasawarsa yang lalu. Pekerjaan mengurus ternak lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan dan anak-anak. Sedangkan keputusan pengelolaan atas hasil usaha ternak babi lebih banyak dikelola oleh Kaum lelaki. Sedangkan kaum perempuan hanya menyimpan hasil ternak babi .
emanuel goo














Dilema Peran Ganda Perempuan Bekerja

Oleh Emanuel Goo

Tersisa segumpal keraguan di benak manusia modern ketika
menyaksikan kiprah perempuan di bidang-bidang pekerjaan produktif
diluar rumah. Kendati semakin lumrah, namun pertanyaan tentang
peran ke-ibu-an seorang perempuan di dalam rumah tangga masih
senantiasa digemakan. Seakan-akan perempuan tidak dinilai cukup
sukses bila keberhasilan membangun keluarga tidak dibarengi
kesuksesan mengelola rumah tangga. Berakar dari pembagian kerja
secara seksual yang mulai aktif
diberlakukan pascarevolusi industri, saat modernisasi mulai
menyebar bibit dan menyentuh segala aspek kehidupan sosial.
Jejak-jejak pembagian kerja ini antara lain dapat ditelusuri lewat
kajian tentang Diferensiasi Struktural yang menjadi salah
satu ciri modernisasi. Setiap fungsi yang bekerja dalam suatu
hierarki struktural membutuhkan pembedaan tugas yang jelas. Upaya
memodernkan diri sejadi-jadinya ini ternyata menuntut diferensiasi
berlaku pula pada fungsi-fungsi gender.
Diferensiasi ini didukung pula oleh keyakinan teoritisi
Adaptasionis. Adaptasi manusia menghasilkan pertumbuhan ukuran
otak yang karenanya terjadi perkembangan tengkorak juga. Hal ini
menimbulkan kesulitan melahirkan pada nenek moyang kita. Untuk
mengkompensasi kesulitan ini, maka manusia cenderung melahirkan
lebih awal daripada makhluk lainnya, akibatnya anak manusia lahir
cenderung tidak ”sedewasa” binatang. Sementara anak binatang telah
mampu hidup mandiri dalam hitungan bulan, anak manusia tetap
tergantung pada orang tuanya tetap tergantung pada orang tuanya
belasan tahun hingga masa remaja (teenage years) (Fisher, 1992).
Karena perempuan melahirkan dan menyusui anak, lantas secara
simplistik dijadikan kandidat tunggal untuk mengasuh anak dan
menjadi semakin dibebani urusan pengasuhan keluarga. Tidak hanya
mengurus anak-anak, tapi juga suami dan bahkan kadang orang tua.
Hal
inilah yang dianggap cikal bakal pembagian kerja secara seksual oleh
teoritisi Adaptasionis. Terlebih karena dalam perkembangan
selanjutnya, perempuan melakukan tugas-tugas yang ”dekat rumah”,
sementara kaum laki-laki pergi berburu atau mencari nafkah lain
(Buss, 1996). Skema pembagian kerja ini kemudian dilegitimasi oleh
agama dan adat istiadat atas nama kodrat. Masyarakat cenderung
beranggapan bahwa pembedaan atau pembagian kerja secara seksual
adalah sesuatu yang alamiah. Stereotipe yang dianggap kodrat telah
melahirkan ketidakadilan gender bagi perempuan dan laki-laki.
Akibatnya, lahir pembagian kerja secara seksual. Laki-laki mendapat
porsi yang lebih menguntungkan daripada perempuan (Arief
Budiman,1981).
Namun banyak perempuan tidak menganggap begitu, bahkan menerima
peran yang diberikan kepada mereka sebagai sesuatu yang mulia dan
harus dijunjung tinggi. Bahkan Arief Budiman juga mempertanyakan,
mengapa perempuan sebagai kaum yang dirugikan tidak sadar akan
keadaannya? Lihatlah keadaan perempuan: perempuan jadi tergantung
kepada laki-laki secara ekonomis, karena pekerjaan yang dilakukan di
rumah tangga tidak menghasilkan uang (money ). Ditambah lagi,
perempuan seakan-akan dipenjarakan di suatu dunia yang tidak
merangsang perkembangan kepribadiannya. Mereka mengerjakan
pekerjaan
yang itu-itu juga setiap hari, diulang jutaan kali. Teman-temannya
pun serba terbatas.
Akhirnya Arief Budiman pun mengatakan bahwa persoalan pembagian
kerja secara seksual merupakan persoalan yang sangat penting karena
merupakan sebuah persoalan eksploitasi separuh dari umat manusia
oleh separuh manusian lainnya.
Secara sederhana pembagian ini menempatkan kaum laki-laki
berperan
pada permasalahan publik sementara perempuan lebih berkutat pada
masalah domestik sebagai ibu rumah tangga. Mulailah berlangsung
normalisasi pembagian kerja ini selama berabad-abad hingga kini.
Pembagian kerja secara seksual ini kemudian terdistribusikan ke
negara-negara Asia Afrika dengan kolonialisme sebagai kendaraan
awalnya. Berakhirnya kolonialisme pasca-PD II dan merebaknya
proyek
modernisasi negara-negara baru merdeka ternyata justru lahan subur
baru bagi tumbuh kembangnya konsep ini.
Tentu saja, seperti berbagai ambisi modernitas lainnya, konsep ini
awalnya seolah-olah bebas nilai. Pembagian kerja secara seksual
bermuara pada tujuan efektivitas dan efisiensi. Sehingga setiap
tindakan sosial dapat terukur dengan parameter-parameter yang
jelas.
Walau setelah konsep ini bekerja tenyata mengerucut juga pada
pembentukan sistem nilai baru. Modernisasi yang menempatkan
kapital
sebagai panglima akhirnya meletakkan sektor publik sebagai fungsi
yang bernilai lebih dibanding sektor domestik, karena sektor publik
memang lebih produktif menghasilkan kapital. Maka terjadilah
subordinasi atas perempuan.
Anehnya di Indonesia, subordinasi ini malah diadopsi dalam sistem
hukumnya. Contoh ketidakadilan gender dalam hukum adalah: 31 (ayat
3) UU No 1/1974 tentang Perkawinan menentukan: suami adalah
kepala
keluarga dan istri ibu rumah tangga. Pasal 31 (ay 1, dan 2) antara
lain menyebutkan: suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri
berkewajiban mengatur rumah tangga sebaik-baiknya. Ketentuan ini
jelas menempatkan istri dalam posisi subordinat terhadap suami dan
masih senada dengan ketentuan dalam hukum perdata. Misalnya pada
Pasal 105, suami mengurus harta kekayaan istri; Pasal 106, istri
harus tunduk patuh pada suami; Pasal 124, istri tidak berhak
bertindak atas hartanya.
Ketimpangan nilai atas fungsi ini menyebabkan kaum perempuan mulai
menuntut kesetaraan untuk aktif di sektor-sektor publik yang
produktif, untuk menjadi perempuan bekerja. Ide-ide kesetaraan ini
dikemukakan pertama kali oleh Mary Wollstonecraft yang dituangkan
lewat bukunya A Vindication of the Rights of Woman yang
diterbitkan di Ingris tahun 1792. Mary Wollstonecraft menentang
ide yang
menempatkan perempuan eksis hanya untuk menyenangkan kaum laki
-laki dan mengusulkan agar perempuan menerima kesempatan yang
sama dengan laki-laki dalam pendidikan, pekerjaan dan politik. Sebuah batu
pijakan dalam perkembangan gerakan perempuan modern ditandai lewat
buku Simone de Beauvoir Le Deuxième Sexe (1949; The Second Sex),
yang menjadi best-seller di seluruh dunia hingga kini namun yang
jelas menumbuhkan kesadaran feminis dengan ide bahwa ”liberation for
women was liberation for men too”. Salah satu referensi terpenting
juga adalah The Feminine Mystique, diterbitkan 1963, karya Betty
Friedan.

Friedan menyerang domestisitas yang mematikan-pengkondisian
perempuan untuk menerima peran pasif dan tergantung dengan dominasi
laki-laki.
Derasnya tuntutan itu berhasil membobol dinding beton pembagian
kerja tersebut. Munculnya kesadaran akan kesetaraan ini sempat
melahirkan fenomena menarik lahirnya gerakan-gerakan perempuan di
negara-negara berkembang. Kini kita bisa menyaksikan bagaimana
kiprah perempuan seperti tak terbendung lagi. Apakah hal ini berarti
semua permasalahan tuntas?
Ternyata tidak semudah itu. Kebebasan untuk berkarier, berpolitik di berbagai
sektor itu ternyata masih menyisakan warisan paradigma lama yang
menempatkan perempuan sebagai penguasa sekaligus penanggung jawab
urusan domestik. Lahirlah jargon baru tentang peran ganda perempuan
sebagai career woman sekaligus house wive. Peran ganda tersebut
lahir untuk menjawab pertanyaan siapa yang lantas harus bertanggung
jawab pada masalah domestik rumah tangga jika perempuan pun bekerja
di sektor publik.
Alih-alih menangguk kebebasan, ternyata perempuan bekerja malah
tertimpa beban tanggung jawab yang lebih berat lagi. Sementara di
sisi lain, keterlibatan perempuan di sektor publik tidak lantas
membuat kaum laki-laki otomatis juga terlibat dalam urusan domestik
rumah tangga. Nilai kesuksesan bagi seorang perempuan pada akhirnya
harus selalu diricek ulang pada kedua sisi peran ganda tersebut.
Secara psikologis, perempuan juga dituntut memiliki kepribadian yang
siap terbelah ketika ia memutuskan memasuki dunia kerja di sektor
publik. Betapa berat ternyata beban perempuan untuk menjadi modern.Beralih sejenak dari diskursus tentang peran perempuan
modern untuk melakukan retrospeksi terhadap realitas kesejarahan
bangsa kita. Ternyata bagi bangsa kita secara umum, perempuan
bekerja bukanlah suatu fenomena baru yang layak menjadi dilematis
begitu rupa. Sejarah dan tradisi beberapa suku di Indonesia ternyata
telah mencatatkan persenyawaan kedua peran tersebut. Laki-laki dan
perempuan dalam rumah tangga sama-sama memiliki peran dan tanggung
jawab domestik yang setara.
Di berbagai daerah secara tradisional, ternyata telah dikenal
aktivitas perempuan di sektor publik yang juga produktif. Mereka
tidak menjalankan sebuah fungsi yang dibedakan sebagai career woman
atau house wive secara terpisah. Mereka terlibat dalam proses
produksi di sawah, di pasar, kerja kasar bahkan berburu maupun
berbagai pekerjaan lainnya, dalam rangka menjalankan peran
domestiknya juga. Sementara laki-laki pun tak kurang dituntutnya
untuk bertanggung jawab juga pada sektor domestik. Misalnya mereka
dituntut memberi pendidikan bagi anak-anaknya dan peran-peran
lainnya.
Walaupun tentu saja ada juga suku bangsa yang kerjanya
menindas hak-hak perempuan. Diskursus ini memang belum dapat
dikatakan menemukan formulanya yang paling sesuai. Tapi sesungguhnya
kesetaraan dalam rumah tangga adalah keniscayaan. Karena bukankah
berumah tangga adalah sebuah komitmen untuk menjalani kehidupan
bersama-sama. Bukan melimpahkan beban pada salah satu pihak saja.


Disarikan dari berbagai sumber

pemekaran kabupaten Dogiyai susul IJT

sejak Tanggal 6 Desember lalu Kabupaten Dogiyai sebagai salah satu Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Nabire ,melalui rapat paripurna DRP RI di Jakarta.Maka pada Selasa (11/12) masyarakat Kabupaten Nabire menyambut kehadiran tim Pemekaran Kabupaten Dogiyai yang di pimpin lansung oleh Bupati Nabire Drs Anselmus.Petrus.Youw di Bandara Udara Nabir dengan tarian adat . Kepada wartawan Bupati Nabire Drs A.P.Youw mengatakan, Kabupaten Dogiyai merupakan cucu kandung dari ibu kota Kabupaten Nabire ,setelah tahun 1996 lalu pemekaran Kabupaten Paniai dan Puncak Jaya yang merupakan anak kandung dari kabupaten Nabire.Dengan hadirnya cucu Kabupaten Dogiyai di harapkan mampu menampung Sumber Daya Manusia (SDM) orang Papua ,dengan demikian orang Papua akan menjadi tuan di negeri sendiri.“SDM telah kita cetak dan tidak mungkin satu Kabupaten mampu menampun semua SDM orang Papua yang ada,sehingga saya pikir harus ada pemekaran lagi untuk menampung semua “.Untuk itu kepada Bupati atau pimpinan daerah yang ada nanti di Kabupaten Dogiyai,tinggal menggunakan atau memakai SDM yang telah ada ,dengan harapan tidak ada perbedaan terhadap semua SDM yang ada.Sebagai Bupati Kabupaten Nabire ,”saya telah menyiapkan SDM dan kini Kabupaten telah juga di siapkan,tinggal kita siapkan atau aktifkan kembali Provinsi Papua Tengah”.Sementara terkait karakteker Kabupaten Dogiyai,kata A.P.Youw, hingga kini sebagai Kabupaten induk masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari Menteri Dalam Negeri(Mendagri) terkait karakteker yang di maksud.Dan untuk karakteker Bupati Kabupaten Dogiyai , di harapkan dalam waktu dekat setelah ada petunjuk dan Bupati Kabupaten induk mengusulkan dua nama kepada Presiden untuk di tetapkan sebagai Karateker Bupati Dogiyai.Dan Kabupaten Dogiyai yang kini telah resmi menjadi Kabupaten ,maka Kabupaten Dogiyai merupakan cucu kandung dari Kabupaten Nabire yang di harapkan mampu menampung SDM semua anak –anak di daerah ini.Soal letak ibu kota Kabupaten Dogiyai kelak nanti ,menurut Bupati Youw ,semuanya tergantung masyarakat Mapia dan Kamuu,sehingga semuanya di kembalikan kepada keinginan rakyat setempat. lebih jauh dikatakan selama kurung waktu 2 tahun lama kita bekerja untuk merebut Kabupaten Dogiyai,maka sudah tentuh kita korbankan waktu ,tenaga dan uang.Dalam perjuangan merebut Kabupaten Dogiyai kepada Pemerintah Pusat di Jakarta,selama dua tahun itu,ada sejumlah isu yang berkembang di masyarakat bahwa,belum saatnya Kabupaten Dogiyai di Mekarkan atau di restui pemerintah pusat.Dan Kahadiran Kabupaten Dogiyai yang telah di restui pemerintah pusat melalui sidang DPR pada 6 Desember lalu ,merupakan hadiah Natal Tahun 2007 bagi masyarakat Kabupaten Nabire dan Dogiyai.“Setelah Kabupaten Dogiyai di restui Pemerintah pusat sebagai hadiah Natal ,kata A.P Youw, kini saatnya lagi untuk kita masyarakat Papua tengah (PT) kembali dan menanyakan pengaktifan kembali Provinsi Papua “.Pemerintah pusat perna mendirikan Privinsi Papua Tengah,namun tiba-tiba anak itu hilang,”sehingga kini kita kembali tanyakan dan cari hilangnya anak itu dan kini anak itu berada di mana,tegas Youw yang di sambut tepuk tangan dari masyarakat.Selaku orang tua yang perna melahirkan anak itu(Papua Tengah red-) ,kini sedang mencari keberadaan anaknya yang perna di lahirkan itu,dengan demikian perlu adanya dukungan masyarakat.Dan kehadiran Provinsi Papua Tengah yang yang kini sedang di kejar untuk di aktifkan kembali oleh masyarakat Papua Tengah,bukan untuk kepentingan siap-siapa atau oknum tertentu,tetapi untuk kepentingan rakyat.Dan perjuangan selama kurung waktu dua tahun pemekarang Kabupaten Dogiyai telah berakhir dengan hasil yang mengembirakan,sehingga Pemerintah pusat katakan Dogiyai merupakan hadiah Natal bagi masyarakat Nabire dan Dogiyai.Pemekaran kabupaten Dogiyai akan membuka peluang bagi orang Papua terutama masyarakat Kamu Mapia yang selama ini merasa dilupakan oleh pemerintah kabupaten Nabire dan terutama oleh pemerintah Indonesia, dengan tujuan memperpendek rentang kendali jangkauan pemerintah kabupaten Nabire kepada masyarakat yang bermukim dipelosok pedalaman dan hidupnya terpuruk dalam keterbelakangan. Selain membuka peluang Dogiyia juga akan menjawab ketertinggalan pembangunan di wilayah II pembangunan di daerah tersebut. “ Untuk itulah saya berjuang dan berupaya memekarkan kabupaten Dogiyai “ Pembangunan selama pemerintahannya ( A.P.Youw) kedua wilayah tersebut merasa dilupakan. Sebenarnya bukan dilipakan akan tetapi hanya karena medan yang sulit dijangjau oleh pemerintah. Karenanya ujar bupati pemerintah telah berupaya memperpendek rentang kendali pemerintah dengan memekarkan kampung-kampung disusul dengan pemekaran distrik dan serta untuk membangunan sekian kampung dan Distrik didaerah itu pemerintah kabupaten Nabire telah berusaha memekarkan kabupaten Dogiyai.Dia mengatakan, dalam alur perjuangan pembentukan daerah otonomi ( kabupaten) baru sejak 2005 dirinya dihadapkan pada berbagai persoalan yang berujung pada penolakkan. “Namun saya eksis pada pemekaaran sebab jika tidak dimekarkan kabupaten generasi muda tidak akan mendapatkan peluang guna bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia umumnya dan khususnya di Papua,”tuturnya. Karena itu tandasnya, semua komponen yang telah bertolak belakang dengan pemekaran Dogiyai sebaiknya merapatkan barisan untuk mempersiapkan diri guna membangun kabupaten baru yang akan di operasionalkan pada tahun 2008 mendatang. Seraya menambahkan, dengan penambahan pemekaran Dogiyai dan Puncak di Puncak Jaya maka kini Nabire telah memiliki cucuk dari kabupaten induk. Dengan demikian kabupaten Nabire siap menjadi Provinsi Papua Tengah. Dambaan masyarakat wilayah pedalaman Kabupaten Nabire, khususnya masyarakat Lembah Kamu dan Mapia agar segera adanya Pemekaran Kabupaten Dogiyai kini telah menjadi kenyataan melalui sidang DPR RI di Jakarta pada Tanggal 6 Desember 2007. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Nabire (kabupaten induk) bersama kalangan intelek bersama berbagai komponen masyarakat KamuU dan Mapia harus bergandengan tangan guna menata Kabupaten Dogiyai. “Apa yang diharapkan berbagai komponen masyarakat yakni pemekaran Kabupaten Dogiyai kini telah menjadi kenyataan. Dengan demikian, tidak ada kata lain selain kita bergandengan tangan guna menjadikan Dogiyai bagaikan perempuan cantik. Yang menjadi pertanyaannya adalah Can We Maintenan This Country Like The Dogiyai Beauty Girls ? (Mampukah Kita Menata Dogiyai Bagaikan Perempuan cantik?),” Demikian seperti yang diungkapkan secara spontanitas salah seorang pejuang pemekaran Kabupaten Dogiyai, Apapa Clara Gobay, ketika media ini meminta komentarnya soal pemekaran Dogiyai Senin (11/12) kemarin di Nabire.Dikatakan Apapa Clara Gobai yang juga adalah Pimpinan Partai PAN di Kabupaten Nabire ini, komponen-komponen masyarakat yang ada perlu bersatu guna menata Kabupaten Dogiyai sejak awal proses.Apalagi, Kabupaten Dogiyai merupakan salah satu daerah yang sulit untuk dijangkau, sehingga dengan adanya pemekaran kabupaten ini tentunya memperpendek jangkauan kerja pemerintah guna membuka isolasi sekalgus mendekatkan pembangunan kepada masyarakat. “Untuk itu, kita harus mendukung keberadaan kabupaten Dogiyai agar selanjutnya dapat mengejar ketertinggalan pembangunan. Ingat, kehadiran kabupaten Dogiyai jangan dijadiukan sebagai sorotan publik.,”paparnya sembari mengatakan, perjuangan pemekara kabupaten Dogiyai bukan untuk kepentingan pemerintah kabupaten dan tim sukses, akan tetapi perjuangan pemekaran kabupaten Dogiyai demi kepentingan pembangunan dan masyarakat. Emanuel goo nabire KOMISI E DRP PROPINSI PAPUA BUKA PERLOMBAAN, SAMBUT HARI NATAL KARANG TARARUNA ” LUKAS PATTI GOBAY ”Menyambut perayaan Natal 2007 Karang Taruna “Patti Gobay” menggelar sejumlah kegiatan diantaranya; Volly Ball Putra/putri, Sepak Takrau, dan pertandingan lainnya. Senin 19 Nov. 2007 dihalaman SD Neg. II Karang Tumaritis telah resmi dibuka kegiatan olah raga yang diselenggarakan oleh Karang Taruna “Lukas Patti Gobay” yang melibatkan sembilan Keluarahan di Distrik Nabire Kota. Kegiatan tersebut resmi dibuka oleh Ibu Yosephina Pigai, S.Sos. Sekretaris Komisi E DPR Provinsi Papua. Dalam arahannya ibu Yosephina mengawali dengan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu kehadirannya merupakan rasa kepedulian terhadap sumber daya Pemuda dan pemudi, karena Pemuda/i sebagi generasa penerus gereja dan bangsa perlu dibina dan dibekali secara serius oleh Gereja dan bangsa, karena kekuatan suatu bangsa ada di pundak generasi muda. Sehingga kehadiran wadah-wada seperti; karang taruna ini harus difungsikan/manfaatkan sebagai tempat pembinaan yang solid. Ibu yang murah senyum dengan siapa saja ini, dirinya juga menambahkan bahwa hendaknya kegitan tersebut juga dapat menumbuh kembangkan minat, bakat, dan talenta yang ada dalam diri pemuda dan pemudi. Dan kegiatan ini diharapkan dapat menjalin dan mepererat tali persaudaraan di antara pemuda/I di sembilan Kelurahan yang ada di distrik Nabire Kota, dan ia mengharapkan kegiatan ini harus berjalan dengan aman, tertib dan terkendali hingga kegiatan berakhir. Ia pun menerangkan akan makna natal kepada kita semua khususnya kaum muda-mudi agar betul-betul dapat memaknai nilai-nilai suci Kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat Dunia, dan menjadikan nilai-nilai itu terpatri dalam kehidupan nyata. Pertemuan pertama yang dilakukan pada hari minggu yang dihadiri oleh beberapa lurah, kepala kampung, dan sejumlah anggota Karang Taruna, disela-sela itu sebagai seorang Ibu, menyerahkan bantuan berupa 3 set Bola Volly, 2 set Sepak Takrau, dan 8 buah tropi serta kaos dan topi untuk Panitia Natal, Kepala kampung dan Kelurahan masing-masing 25 buah.Kepala Kelurahan karang Tumaritis mewakili kelurahan-kelurahan yang ada mengucapkan terima kasi atas kedatang ibu Yosephina Pigay, yang dapat meluangkan waktu bersama kami dalam mengawali semua kegiatan panitia Natal. Pada kesempatan itu juga disampaikan oleh ketua Karang Taruna “Lukas Patti Gobay” Yance Rumpumbo, S.Sos. Merasa bangga karena ada orang jauh yang mau peduli tentang kita di kelurahan Karang Tumaritis Nabire dirinya selaku ketua karang taruna tidak dapat membelas apa-apa tetapi Tuhanlah yang akan membalas budi baik ibu. Dalam waktu yang bersamaan juga di katakana oleh Ketua Panitia Natal Karang Taruna yang dalam hal ini sebagai penyelenggara menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas dukungan moril; juga menambah semangat pemuda dan pemudi di kelurahan karang tumaritis karena Ibu langsung mengadiri kegiatan kami. meskipun harus menghirup abu jalanan dan berjemur panas NabireKemudian dilanjutkan dengan pawai kompoi keliling kota dalam kegitan tersebut turut hadir juga beberapa Kepala Kelurahan dan Kepala Kampung di wilayah Distrik Nabire pawai tersebut star dari Depan kantor Kelurahan Karang Tumaritis, menuju pantai MAF, menuju Kelurahan Siriwini, dan kembali ke Oyehe masuk jalan merdeka dan masuk di jalan Drs. A. Gobay hingga finis di depan Kantor Kelurahan Karang Tumaritis.Wellcome dogiyai,Welcome PenderitaanEmanuel paulus G Goo "welcome Dogiyai". Begitulah bunyi berita utama yang dilansir media ini kemarin pagi . Semua masyarakat yang mendukung dan juga selama ini turut berjuang bernapas lega , sebab v selama ini menjadi dambaan dan harapan dalam waktu dekat ini akan terwujud . nbmun pada kelompok yang kontra dengan pemekaran dogiyai ini akan mengelus dada dan akan mengalah . Sejak rencana pengesahan di lansir beberapa hari lalu , di mana dua tiga orang berkumpul atas nama orang dogiyai, maka yang pasti tema pembicaraan mereka adalah soal kabuapten dogiyai sebagai kabupaten baru. Tema seperti ini berserakan di semua tempat, di kebun , di gang kampung, di kuburan, diwarung bahkan pada acacara duka sekalipun. Maklum, hari-hari ini merupakan hari paling indah dan paling bersejarah dan mungkin paling romantis buat orang dogiyai , terutama setelah pemerintah melalui DPR RImemberikan kedaulatan sekaligus kekuatan yuridis kepada dogiyai untuk mengurusi dan mengatur sendiri daerahnya. Karena itu angka o6/12/07 atau angka 06 (tanggal) per 12 (bulan desember ) per 07 (tahun) merupakan angka keramat yang ditulis dalam album sejarah bangsa dan lebih terang lagi ditulis dalam album sejarah Kabupaten dogiyai . Karena itu, paitua Gagabi dan maituanya Duaida Maga yang biasanya duduk santai di halaman kampung ugapuga pada setiap menjelang senja sambil menonton anak-anak mereka yang berlari kecil melintas gang kampung, menerobos sepi, ia menorehkan jarinya di tanah menghitung harga kopi,babi dan kacang , kini asyik menorehkan jarinya menghitung siapa menjadi apa (siapa menjadi bupati, siapa menjadi wakil bupati, siapa menjadi kepala dinas anu, siapa menjadi kepala dinas, ano, siapa menjadi kepala dinas ane), sampai-sampai jari telunjuknya telanjur masuk ke lubang celana Gagabi tetangganya yang juga asyik mengikuti pergerakan jari maitua Duaida maga Nah, jika eforia dan prosesi mencintai tanah air orang dogiayai didorong oleh ambisi siapa menjadi apa, bukan siapa melakukan apa, untuk siapa, maka deklarasi Selamat Datang dogiyai dengan selamat datang kesedihan. Sebab, dogiyai hanya sebuah panggung pertarungan para pendamba jabatan dan para perindu kekuasaan. Dan biasanya pertarungan seperti itu selalu membangkrutkan rakyat, baik secara ekonomis maupun secara psikologis. Dengan kata lain, kalau kasus pemekaran dogiayai dan daerah otonom baru lainnya tak ada yang tipikal, tak ada sesuatu yang distingtif dengan pemekaran kabupaten di daerah lain, maka pengalaman pembangunan, pengalaman korupsi dan pengalaman penderitaan rakyat kurang lebih sama. Dengan demikian,dogiyai hanya dataran baru untuk mengkavling jabatan buat kalangan atas dan terjadi pemerataan kemelaratan di kalangan bawah. Jika itu yang terjadi, apa perlunya pemekaran? Bukankah pemekaran itu sekadar mengutip istilah orang seberang hanya membuat rakyat menderita berlipat ganda.Kita bisa bayangkan, jauh sebelum dikukuhkan sebagai kabupaten, persiapan perpecahan sosial meleleh di mana-mana, proses segmentasi masyarakat kian merona di mana-mana, dan rivalitas suku mulai bersemi di mana-mana, mengerutkan hubungan berdasarkan afiliasi tokoh tertentu yang dianggap representatif untuk menjadi siapa di Dogiyai . Istilah aki ibo ani ibo (kamu adalah kamu) atau dalam kategori sosilogis outgroup dan ingroup berserakan pada setiap kampung. Kini orang di dogiyai tidak lagi sekadar menikmati kopi pahit dan ubi bakar membunuh keletihan di senja hari, tetapi menikmati pahitnya perpecahan karena perangai politik yang lebih bersifat praharadan seakan berusaha membubarkan kesunyian humanistik dan lingkungan parokial pedesaan.Dalam mitologi orang dogiyai , gaya politik yang mementingkan jabatan dan kekuasaan dapat diparalelkan perilaku politik yang bermental kejar jabatan terkenal karena badannya bagai raksasa tambun, berbulu , legam sekujur tubuh dan bermukim di lembah, perbukitan untuk mengintai ke seluruh mata angin, dan kemudian memangsai semua makhluk, rakus dan selalu berkata bangkus, yang berarti "berikan semua itu kepadaku". Aransemen politik aweta ko enatanitada adalah mental cargo keinginan untuk mendatangkan barang yang berlimpah.Jika pemimpin berperilaku bermental cargo, maka tidaklah cukup sayur-sayuran , kacang tanah, kentang dan kopi orang lembah kamu , mapia untuk menghidupinya. Dan jadilah dogiyai sebagai sumber eksploitasi dan keadaannya semakin memperlihatkan terlalu miskin hingga menggapai tongkat kayu untuk membantu membangunkannya dari kemiskinan sangat sulit. Jika demikian, tidak ada kegembiraan, tak ada bulan merona atas datangnya Kabupaten dogiyai , selain pemerataan kemiskinan, pemerataan perpecahan, pemerataan jabatan. Inilah pasir-pasir yang membangun tugu kesedihan atas nama kabupaten dogiyai itu.Ia (dogiayi ) mungkin saja tampil memelas karena paduan keindahan alaminya dan ukiran rakyat pada kulit bumi. Meski terkadang keindahan justeru menghadirkan kesedihan. Matahari petang menggoreskan warna kuning di ubun gunung-gemunung, aroma bunga kopi yang membuka labirin kehidupan petani, petak-petak kebun yang menempel pada dinding tebing bagai lukisan realistik tentang koneksi kosmos dengan dunia sini. Terkadang ada orang di ujung kebun membajak dengan berkali-kali memutar , ada juga burung terbang menjemput senja, sekaligus menutup album lukisan di hari itu. Dan sebentar lagi bulan setengah bulat mengintip dari pepohonan cengkeh seolah memperlihatkan mujizat alam yang makmur. Tetapi semua tidak cukup buat para penjabat bupati dan jajarannya yang selalu berkata bangkus (berikan semua itu kepadaku). Tetapi, dogiyai harus bangkit merenda hari depan dengan kekuatan kesadaran historis yang begitu lama diposisikan sebagai inverior, lantas meratapi nasib di balik tembok politik yang dibangun nabire . Saatnya dogiyai mengolah ratapan menjadi ambisi sehingga dapat mengubah keadaan dan keadaan harus diubah.* Penulis adalah koresponden suara perepuan papua

natal budaya Papua

NABIRE – Sejak 4 tahun lalu setiap kali Perayaan Paskah dan Natal bagi umat Paroki Kristus Raja Malompo Nabire Keuskupan Timika mrerayakan natal dan paska ala budaya Papua . Dalam liturgi perayaaan Mula awal hingga akhir ibadah dilakukan dalam nuansa budaya Papua. Perayaan Natal pada tanggal 27 desember kemarin, umat paroki Kristus Raja merayakannya dalam kekhasan Papua ,sebagian besar umat yang hadir mengikuti perayaan nnatal Papua mengenakan busana tradisional masing- masing , baik etnis Moni, Lani, Nduga, Damal , Kamoro, Mee dengan diringi lagu- lagu tradisonal dari setiap etnis . Perayaan Natal Budaya Papua yang dihadiri ribuan umat itu dirauyakan cukup meriah sebab serasa yesus benar- benar hadir ditengah –tengah keragaman budaya orang Papua, hal itu nampak mulai dari hingga akhir liturgy ibadah dilakukan dalam bahasa , entah doa , maupun lagu dinyanyikan dalam berbagai bahasa daerah Papua . Hal itu terasa Yesus yang lahir pada 2000 tahun silam itu hadir dan lahir kembali ditengah-tengah orang Papua , maka sebagian umat tahan mengucurkan air mata . Perayaan natal budaya Papua di pimpin Pastor Natho Gobay,Pr dengan Tema sentral Hidup damai,bijaksana, adil dan beribadah . “ Ibadah seperti ini mesti dilakukan semua gereja dsan dilakukan sesuai budaya umat sehingga natal atau perayaan apapun benar- benar terserap di dalam umat dan hadirkan yesus lewat budaya setempat . Tata ibadah mesti dikemas menurut lokalitas budaya Masyarakat yang nantinya akan menjadi bahan inspirasi, permenungan yang mendalam bagi umat sehingga Yesus benar-benar menyatu dalam umat. Tak semestinya tidak harus mengikuti tata liturgi baku yang ada, dan itu kadang monoton yang acapkali menjenuhkan umat “ kata Paskalis Tebay karena merasa terharu kemarin ( 27/12) disaat menghadiri ibadah natal Budaya Papua . Menurut Dalam homili Pater Natoo Gobay, Pr yang menggunakan bahasa Mee salah satu etnis di Pedalaman Papua menandaskan untuk membangun, mempertahankan jati diri budaya dan manusia papua dari perubahan zaman dewasa ini yang sedang menguncang sendi-sendi kehidupan manusia , mulai kembali kepada basis . Mulai perbaiki dari keluarga sebagai basis, dasar pijakan untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki . Bila kita merusaka keluarga kita sendiri,keluarga orang lain lewat berbagai pelanggaran maka apapun dambaan kita akan gagal maka kembali berbenah keluarga sebagai basis untuk menggapai berbagai dambaan . Kita berjuang dan bertahan hidup dengan memuji dan memuliakan Allah saat ini , tapi sepulang gereja kita ikut terjerumus dalam berbagai judi, togel , dan lainnya . Apakah itu budaya orang Papua . Terus kita melakukan pelanggaran-pelanggaran , maka kita cuci diri,evaluasi diri sebab Tuhan siap membantu kita memperbaiki hidup kita . Sabda telah menjadi manusia dan sekarang ini ada ditengah –tengah . Sabda sudah menjadi manusia dan hadir bersama kita saat ini . Begitu cinta kepada kita Yesus dikirim oleh Allah Bapa . Sekarang ada ditengah-tengah kita lewat sabda . Dia lahir di dalam diri kita .Putra Allah hidup bersama kita . Hari ini kita mengenakan busana kebesaran dari suku kita masing –masing sebagai kebesaran budaya kita , tetapi itu budaya jasmaniah. Hanya alat saja sebagai perhiasan jasmaniah . Perhiasan ini kapan saja dapat hilang , tergeser . Busana kita tidak penting tetapi lebih penting adalah bagaimana mengubah pikiran kita sesuai kehendak Yesus. Bagaimana membangun pikiran dalam keluarga . Kalau demikian kita akan bangun Papua . Bila tidak dimulai dari sekarang orang Papua akan kehilangan jati diri, harta benda dan segala sumber daya alam di buana Papua . Orang Papua telah terkotak-kotakan .Papua kini telah hadir banyak kabupaten tapi tidak ada tempat pekerjaan, . Pemekaran adalah tempat titik penghabisan budaya , orang juga sumberdaya alam Papua . Pemekarab membuka lapangan kerja bagi orang lain bukan orang . malahan dengan pemekaran membangun jeratan sendiri untuk masuk dalam kehancuran manusia, buadaya dan sumber daya alam Papua . Pada segi lain perkembangan dunia berjalan terus lalu mau mundur. Mau tak mau . suka tidak suka kita harus menjadi tuan di negeri sendiri bukan termarginalkan seperti yang dewasa ini terjadi . Budaya manusia Papua mau maju , manusia Papua sendirilah yang harus maju menjadi tuan di negeri sendiri . Dalam keluarga bukan lanjut Natho saling menghancurkan lewat fitnahan, perselingkuhan dan lainnya melainkan mesti membangun bersama sebab salung mengfitnah, selingkuhan bukan budaya orang Papua . Untuk iti kita harus mandi diri secara moralitas, berserah diri, koreksi diri, evaluasi diri dem,I membangun kelaurga yang kokoh sebagai dasar membangun budaya ,dan jati diri orang Papua . Sudah empat tahun kita lakukan pesta natal dan paskah budaya orang Papua tetapi manusia belum berubah dalam berpikir, bertutur kata, dan bertindak maka saatnya berubah diri, evaluasi diri baik mahasiswa , sarjana , penganggur ,tua muda ,ayah ,ibu . Untuk mahasiswa yang dimana saja sedang belajar, tingkatkan mutu moralitas diri, bukan ijzah sarjana yang dibutuhkan melainkan mutu dan moralitas diri juga bukan satu-satunya untuk menjadi PNS tetapi orang dapat hidup dengan swadaya , dapat hidu p mandiri melalui jerih payah kerja keras. Itulah budaya orang Papua yang sedang dilupakan . Orang papua memiliki etos kerja keras yang dapat menghidupi diri maupun keluarga . Tuhan menempatkan orang Papua di buana ini dengan maksud dan tujuan yang mulia . Walaupun sellama ini manusia papua dibunuh secara misterius dimana-mana tetapi roh dan semangat mereka tetap hidup. Sebagai manusia Papua sesuai kehendak Allah . Untuk memegang budaya Papua ,generasi muda harus tingkatkan mutu moralitas ,agar dapat membangun ekonomi, pendidikan , pendidikan , melawan ancaman penyakit HIV/AIDS yang kian melambung hingga jinni di nabire mencapai 511 ODHA . Usai perayaan natal Papua dilanjutkan dengan menggelar berbagai tari-tarian dari etnis masing-masing di papua demi melengkapi