Minggu, 30 Desember 2007

Makna Dibalik Natal Budaya Papua

Nato Gobay Pr, “Jadikan Natal Budaya Papua Sarana Evaluasi Diri Dalam Membenahi Keluarga sebagai Pondasi Kerajaan Allah “


NABIRE – Sejak 4 tahun lalu setiap kali Perayaan Paskah dan Natal bagi umat Paroki Kristus Raja Malompo Nabire Keuskupan Timika mrerayakan natal dan paska ala budaya Papua . Dalam liturgi perayaaan Mula awal hingga akhir ibadah dilakukan dalam nuansa budaya Papua. Perayaan Natal pada tanggal 27 desember kemarin, umat paroki Kristus Raja merayakannya dalam kekhasan Papua ,sebagian besar umat yang hadir mengikuti perayaan nnatal Papua mengenakan busana tradisional masing- masing , baik etnis Moni, Lani, Nduga, Damal , Kamoro, Mee dengan diringi lagu- lagu tradisonal dari setiap etnis .

Perayaan Natal Budaya Papua yang dihadiri ribuan umat itu dirauyakan cukup meriah sebab serasa yesus benar- benar hadir ditengah –tengah keragaman budaya orang Papua, hal itu nampak mulai dari hingga akhir liturgy ibadah dilakukan dalam bahasa , entah doa , maupun lagu dinyanyikan dalam berbagai bahasa daerah Papua . Hal itu terasa Yesus yang lahir pada 2000 tahun silam itu hadir dan lahir kembali ditengah-tengah orang Papua , maka sebagian umat tahan mengucurkan air mata . Perayaan natal budaya Papua di pimpin Pastor Natho Gobay,Pr dengan Tema sentral Hidup damai,bijaksana, adil dan beribadah .


“ Ibadah seperti ini mesti dilakukan semua gereja dsan dilakukan sesuai budaya umat sehingga natal atau perayaan apapun benar- benar terserap di dalam umat dan hadirkan yesus lewat budaya setempat . Tata ibadah mesti dikemas menurut lokalitas budaya Masyarakat yang nantinya akan menjadi bahan inspirasi, permenungan yang mendalam bagi umat sehingga Yesus benar-benar menyatu dalam umat. Tak semestinya tidak harus mengikuti tata liturgi baku yang ada, dan itu kadang monoton yang acapkali menjenuhkan umat “ kata Paskalis Tebay karena merasa terharu kemarin ( 27/12) disaat menghadiri ibadah natal Budaya Papua .




Menurut Dalam homili Pater Natoo Gobay, Pr yang menggunakan bahasa Mee salah satu etnis di Pedalaman Papua menandaskan untuk membangun, mempertahankan jati diri budaya dan manusia papua dari perubahan zaman dewasa ini yang sedang menguncang sendi-sendi kehidupan manusia , mulai kembali kepada basis . Mulai perbaiki dari keluarga sebagai basis, dasar pijakan untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki . Bila kita merusaka keluarga kita sendiri,keluarga orang lain lewat berbagai pelanggaran maka apapun dambaan kita akan gagal maka kembali berbenah keluarga sebagai basis untuk menggapai berbagai dambaan . Kita berjuang dan bertahan hidup dengan memuji dan memuliakan Allah saat ini , tapi sepulang gereja kita ikut terjerumus dalam berbagai judi, togel , dan lainnya . Apakah itu budaya orang Papua . Terus kita melakukan pelanggaran-pelanggaran , maka kita cuci diri,evaluasi diri sebab Tuhan siap membantu kita memperbaiki hidup kita . Sabda telah menjadi manusia dan sekarang ini ada ditengah –tengah . Sabda sudah menjadi manusia dan hadir bersama kita saat ini . Begitu cinta kepada kita Yesus dikirim oleh Allah Bapa . Sekarang ada ditengah-tengah kita lewat sabda . Dia lahir di dalam diri kita .Putra Allah hidup bersama kita . Hari ini kita mengenakan busana kebesaran dari suku kita masing –masing sebagai kebesaran budaya kita , tetapi itu budaya jasmaniah. Hanya alat saja sebagai perhiasan jasmaniah . Perhiasan ini kapan saja dapat hilang , tergeser . Busana kita tidak penting tetapi lebih penting adalah bagaimana mengubah pikiran kita sesuai kehendak Yesus. Bagaimana membangun pikiran dalam keluarga . Kalau demikian kita akan bangun Papua .

Bila tidak dimulai dari sekarang orang Papua akan kehilangan jati diri, harta benda dan segala sumber daya alam di buana Papua . Orang Papua telah terkotak-kotakan .Papua kini telah hadir banyak kabupaten tapi tidak ada tempat pekerjaan, . Pemekaran adalah tempat titik penghabisan budaya , orang juga sumberdaya alam Papua . Pemekarab membuka lapangan kerja bagi orang lain bukan orang . malahan dengan pemekaran membangun jeratan sendiri untuk masuk dalam kehancuran manusia, buadaya dan sumber daya alam Papua . Pada segi lain perkembangan dunia berjalan terus lalu mau mundur. Mau tak mau . suka tidak suka kita harus menjadi tuan di negeri sendiri bukan termarginalkan seperti yang dewasa ini terjadi . Budaya manusia Papua mau maju , manusia Papua sendirilah yang harus maju menjadi tuan di negeri sendiri .

Dalam keluarga bukan lanjut Natho saling menghancurkan lewat fitnahan, perselingkuhan dan lainnya melainkan mesti membangun bersama sebab salung mengfitnah, selingkuhan bukan budaya orang Papua . Untuk iti kita harus mandi diri secara moralitas, berserah diri, koreksi diri, evaluasi diri dem,I membangun kelaurga yang kokoh sebagai dasar membangun budaya ,dan jati diri orang Papua . Natal ala Budaya Orang Papua ini mesti dipetik makna dasar untuk evaluasi diri agar lebih kuat lagi dalam membenahi keluarga sebagai dasar rumah kerajaan Allah .

Sudah empat tahun kita lakukan pesta natal dan paskah budaya orang Papua tetapi manusia belum berubah dalam berpikir, bertutur kata, dan bertindak maka saatnya berubah diri, evaluasi diri baik mahasiswa , sarjana , penganggur ,tua muda ,ayah ,ibu . Untuk mahasiswa yang dimana saja sedang belajar, tingkatkan mutu moralitas diri, bukan ijzah sarjana yang dibutuhkan melainkan mutu dan moralitas diri juga bukan satu-satunya untuk menjadi PNS tetapi orang dapat hidup dengan swadaya , dapat hidu p mandiri melalui jerih payah kerja keras. Itulah budaya orang Papua yang sedang dilupakan . Orang papua memiliki etos kerja keras yang dapat menghidupi diri maupun keluarga . Tuhan menempatkan orang Papua di buana ini dengan maksud dan tujuan yang mulia . Walaupun sellama ini manusia papua dibunuh secara misterius dimana-mana tetapi roh dan semangat mereka tetap hidup. Sebagai manusia Papua sesuai kehendak Allah . Untuk memegang budaya Papua ,generasi muda harus tingkatkan mutu moralitas ,agar dapat membangun ekonomi, pendidikan , pendidikan , melawan ancaman penyakit HIV/AIDS yang kian melambung hingga jinni di nabire mencapai 511 ODHA .

Emanuel goo (nabire )

Tidak ada komentar: